top of page
Search

Uang Jajan Bulanan bagi Seorang Mahasiswa

oleh Shemil Khairy Noor & Maghrisa Nur Pasha

source: hipwee.com

Kebutuhan mengenai harta benda nyatanya tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang sudah memiliki penghasilan saja. Mahasiswa, sebagai salah satu penggerak perekonomian bangsa pun turut andil di dalamnya. Desakan hasrat dan kebutuhan di era globalisasi yang semakin memudahkan alur transaksional seperti jual beli barang dan jasa menjadi salah satu faktor penyebabnya. Namun terkadang, sebagai seorang mahasiswa kita pun memiliki beberapa keterbatasan dan kendala untuk memenuhi hasrat tersebut, yaitu uang. Masalah keuangan yang mengakibatkan seseorang dapat melakukan transaksi utang-mengutang baik kepada pihak lembaga ataupun individu merupakan perilaku yang sering kali dialami oleh sebagian besar pemuda Indonesia. Berbagai lembaga atau perusahaan yang baru – baru ini muncul untuk memberikan pinjaman kepada mahasiswa pun mulai berkembang seiring tereksposenya lembaga atau perusahaan tersebut.

Tidak semua mahasiswa UGM berasal dari Yogyakarta, sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa perantuan. Mereka harus berani jauh dari orang tua dan mampu hidup mandiri. Untuk menunjang kehidupan mereka di kota yang jauh dari orang tua pastinya mereka membutuhkan kematangan manajemen keuangan dan manajemen diri sendiri untuk bisa bertahan di tempat rantauannya. Pengeluaran pun jauh lebih banyak dibandingkan teman-temannya yang tidak merantau. Seperti untuk membayar kos atau tempat tinggal mereka selama kuliah, makan, laundry, mengerjakan tugas di café atau hanya sekedar nongkrong, dan memenuhi gaya hidup mereka.

Terkadang uang yang diberikan orang tua untuk satu bulan pun masih kurang. Jika memang mahasiswa itu berasal dari keluarga yang berada pastinya dia bisa meminta uang tambahan. Namun jika mahasiswa itu berasal dari keluarga yang pas – pas an, mungkin berhutang adalah solusi. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa menjadikan berhutang sebagai solusi utama dalam mengatasi keuangan mereka. Jika orang itu pintar mengatur keuangan mereka, maka berhutang tidak akan masuk dalam opsi untuk mengatasi keuangannya.

Dalam hal ini tentunya belum semua mahasiswa paham tentang bagaimana cara mengatur keungan mereka. Bagaimana mahasiswa menggunakan uang pemberian orang tua untuk segala macam kebutuhannya agar cukup dan mungkin sebagian dari mereka masih bisa untuk menabung. Selain berhutang apakah mahasiswa mempunyai solusi yang lain untuk mengatasi kekurangan keuangannya?

Tentunya banyak sekali cara selain berhutan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Namun kembali lagi, apakah mahasiswa tersebut mampu berusaha untuk mengatasi keuangannya, atau memilih untuk berhutang dan mengembalikannya pada saat ia diberi uang bulanan oleh orang tuanya? Salah satu solusi untuk mengatasi keuangan mahasiswa yang akhir – akhir ini banyak dilakukan di kalangan mereka adalah dengan kerja part time atau kerja paruh waktu. Untuk mahasiswa semester akhir sering melakuhkan hal tersebut, karena selain mereka mempunyai banyak waktu senggang mereka ingin mempunyai penghasilan juga. Namun tak jarang pula mahasiswa yang masih semester muda untuk melakukannya.

Dalam hal ini kami mengambil konsep “keuangan” dan memilih salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, program studi Manajemen untuk menjadi informan kami dalam melengkapi artikel ilmiah yang akan membahas tentang prespektif keuangan mahasiswa Manajemen dengan mahasiswa Antropologi. Tentang bagaimana cara mereka hidup di perantauan dengan uang pemberian orang tua, dan bagaimana ia menggunakan uang yang diberikan kepadanya sebijak mungkin.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah salah satu fakultas dengan jumlah mahasiswa yang jumlah peminat dan mahasiswanya cukup banyak di ranah sosial-humaniora, Universitas Gadjah Mada. Dimana sebagian besar populasi mahasiswanya berlatar belakang perekonomian menengah ke atas dan sering hidup dengan barang-barang ternama, seperti Adidas, Chanel, Gucci, Balenciaga, Fendi, dan masih banyak lainnya yang tidak akan pernah habis. Kesenjangan sosial bagi para mahasiswanya pun terlihat lebih jelas dibandingkan mahasiswa fakultas lain. Jarak yang diciptakan ini yang menjadikan pemisah antar mahasiswanya dalam masalah pergaulan dan circle pertemanan. Tapi di luar itu mereka masih dapat berinteraksi dan bertukar pikiran ketika mereka berada di satu kelas dalam mata kuliah yang sama. Dapat dikatakan kelas IUP merupakan golongan mahasiswa dengan status ekonomi menegah atas dari pada kelas reguler –karena biaya persemester dan biaya masuknya pun berbeda jauh dengan mahasiswa reguler, walaupun mahasiswa yang kelas reguler ada yang bisa dikatakan kelas menengah atas juga. Dalam hal ini yang kami maksud adalah gaya hidup dan latar belakang mereka. Tulisan ini akan membahas prespektif mahasiswa dari dua fakultas yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula, serta gaya hidup mereka selama memasuki masa kuliah dan lingkungannya dalam fakultas masing-masing.


Akhir – akhir ini kami sering memperhatikan beberapa orang, tentunya mahasiswa, mengekspose kegiatannya selama di luar kampus. Kebanyakan dari mereka adalah nongkrong dan belanja di mall-mall terdekat, seperti Plaza Ambarukmo, Hartono Mall, dan Jogja City Mall. Hal itu membuat beberapa pertanyaan dari kami mengenai bagaimana dan dari mana mereka selalu mendapatkan uang untuk berbelanja ini itu dan nongkrong di tempat yang dapat dikatakan itu mahal bagi mahasiswa biasa. Dari fenomena tersebut kemudian kami mencari seseorang mahasiswa Manajemen FEB UGM untuk menjadi informan. Informan kami bernama Muhammad Refinaldo Kusuma Negara, dengan panggilan Aldo. Ia merupakan mahasiswa S1 Manajemen yang saat ini sedang menempuh kuliah pada semester 3. Ia termasuk mahasiswa yang berlatar belakang ekonomi yang berada atau menengah ke atas. Aldo diterima di program studi tersebut melalui jalur prestasi, karena latar belakangnya merupakan seorang atlet. Dalam sub bab ini kami akan membahas tentang manajemen keuangan Aldo sebagai informan kami.

Apa sih manajemen keuangan itu? Kenapa harus diterapkan sejak dini?

Manajemen Keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Pelaku Manajemen keuangan tidak harus yang sudah bekerja, karena pelaku manajemen keuangan adalah seorang yang mempunyai uang dan harus menggunakan uang tersebut untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Seperti obrolan kami dengan Aldo tentang manajemen keuangannya, ia mengatakan bahwa uang jajan bulanannya sebesar 2 juta per bulannya. Uang tersebut digunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, seperti makan, laundry, transportasi, membeli barang-barang tersier, buku, ataupun keperluan lainnya. 2 juta yang diberikan orang tua Aldo belum termasuk uang untuk biaya kos dikarenakan hal ini sudah ditanggung orang tua setiap 6 bulan sekali. Di tambah lagi, latar belakang Aldo sebagai seorang atlet voli yang di mana setiap bulan pasti ada gawean untuk mengikuti sebuah acara kejuaraan resmi atau tidak resmi. Di samping itu juga setiap kali ia mengikuti acara-acara tersebut ia selalu mendapatkan uang saku tambahan yang sebenarnya, hal itu bisa menambah pemasukan uang jajannya setiap bulan. Namun nyatanya ia selalu kurang dengan uang sakunya itu, di tanggal 25 ke atas uang jajannya sering habis duluan untuk hidupnya sebulan. Ia selalu meminjam uang kepada kakaknya untuk keperluannya selama ia belum diberikan uang jajan bulan depannya oleh orang tuanya. Sampe suatu saat ketika uang jajannya sudah habis duluan ia pun bingung, kemana larinya uang-uang jajannya. Dapat disimpulkan bahwa ia merupakan mahasiswa yang impulsif. Di mana ia selalu membeli barang-barang yang tidak ia sangat butuhkan hanya karena “ingin” atau lapar mata. Hal tersebut lah yang menjadikannya boros.

Ada beberapa fakor yang mempengaruhi kurangnya uang jajan ia dalam kurun waktu sebulan adalah meminjam-minjamkan uang kepada teman. Kemudian, sikapnya yang selalu loyal pada makanan yang ia konsumsi setiap harinya tanpa memikirkan budgeting yang harus ia kelola sendiri. Tidak seperti mahasiswa pada umumnya, ia sehari bisa makan 3-4 kali dan itu dengan porsi yang tidak biasa, buanyak sampai bertumpuk-tumpuk antara nasi dan lauk, ia menyadari bahwa pengeluaran uang sakunya lebih banyak ia habiskan ke makanan. Pengeluaran yang tidak stabil menjadikan Aldo selalu kekurangan ketika akhir bulan tiba.

Berhutang ternyata merupakan salah satu solusinya untuk mengatasi krisis keuangannya. Namun untungnya dia berhutang kepada saudara kandungnya sendiri, yang di mana itu tidak menjadikan beban untuknya karena harus mengembalikan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Aldo tidak menggunakan solusi bekerja paruh waktu dan berhemat untuk mengatasi kurangnya uang jajan yang diberikan oleh orang tuanya tersebut.

Dulu, ia pernah mencoba untuk membeli emas dengan tujuan untuk menyimpan uangnya agar tidak berkurang saat disimpan di ATM, investasi, namun ternyata investasi emas itu tidak bertahan lama karena ia menjualnya pada saat ia terdesak tidak punya uang –posisi ia sedang berada di luar kota. Ia juga pernah belajar dari seorang seniornya tentang bagaimana sistem kerja deposito dan pernah bermain trading. Ia tertarik untuk mencoba karena saat itu ia sedang mempunyai uang banyak dari hasil ia bermain voli. Setelah ia mencoba, ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Dari situ ia berhenti menjadikan deposito sebagai solusi untuk mengatasi kurangnya uang jajan. Dan sistem trading pun sama, karena ia sering kalah tidak pernah untung maka ia pun berhenti untuk melakukan trading. Berbagai cara telah dilakukannya namun tidak bertahan lama. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap menggunakan solusi pertamanya yaitu berhutang kepada saudaranya.

Dalam menggunakan uang dalam jumlah banyak dan menggunakannya untuk berbagai kebutuhan, diperlukan budgeting dan catatan pengeluaran keuangan. Hal itu yang tidak dilakukan oleh Aldo. Karena keuangannya tidak ia atur sebijak mungkin maka ini merupakan penyebab kenapa ia selalu kurang dengan uang jajannya. Dapat dipastikan bahwa ia tidak sadar dengan berbagai pengeluarannya yang setiap hari tidak menentu, padahal ia pun tidak memiliki pemasukan lain selain voli. Ia menyadari jika dirinya merupakan mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi dan aktif dalam acara-acara pasti pengeluarannya lebih banyak dibanding dengan kegiatannya tanpa organisasi dan acara. Maka dari itu, untuk saat ini ia vakum dari tim voli Gelanggang.

Kami beranggapan bahwa investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan perekonomian individu. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan pada masa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal (Wikipedia). Informan kami kerap sekali meminjamkan uang kepada teman-teman nya yang membutuhkan, ia menganggap dengan meminjamkan uang itu berarti ia telah melakukan kegiatan investasi kepada temannya, padahal ia belum tau pasti kapan ia akan membayar dan berapa yang akan dikembalikan karena ia tidak memiliki keberanian lebih untuk meminta uang yang telah dipinjamkan. Terkadang, Aldo pun termasuk orang yang tidak berpikir panjang dalam memberikan pinjaman terhadap orang lain, bahkan ia pernah ditipu oleh temannya sendiri karena ia merasa mampu dan bisa memberikan pinjaman dengan nominal yang diinginkan si peminjam. Namun setelah kejadian itu ia tidak pernah lagi meminjamkan uang kepada orang dengan jumlah yang banyak. Yang sering terjadi adalah ketika ia sedang makan dengan temannya dan ada salah satu temannya meminjam uang untuk membayar makan tersebut dengan alasan tidak membawa dompet atau sebagainya.

Jika hanya meminjam untuk membayar makanan saja ia masih percaya, tetapi jika meminjam dalam jumlah banyak ia sudah tidak bisa percaya lagi. Dari pengalaman-pengalamannya tersebut dapat dikatakan bahwa itu juga termasuk dalam faktor habisnya uang jajan Aldo sebelum sebulan penuh.

Mahasiswa sekarang sangat familiar dengan kata relasi, yang berarti hubungan. Banyak sekali mahasiswa yang mengikuti berbagai kegiatan organisasi atau menjadi sukarelawan dalam berbagai macam event, dengan bertujuan agar mendapatkan relasi yang luas. Hal itu juga dilakukan sang informan kami, Aldo, selain mengikuti UKM Voli UGM, ia juga rajin datang ketika diadakan rapat-rapat besar, atau pertemuan dengan alumni-alumni. Dari situlah ia mendapatkan relasi dengan seorang alumni UGM yang sukses dalam menitih karier di bidang interior. Kemudian terjadilah perbincangan yang cukup serius dan adanya tawaran-tawaran menarik untuk Aldo. Sekarang ini ia sedang bantu-bantu dengan perusahaan milik alumni tersebut dalam bidang pemasaran. Pekerjaannya pun tidak sulit bagi Aldo, hanya dengan menemani alumni tersebut survei mencari barang yang ia butuhkan. Mencari relasi selain untuk mendapatkan pengalaman dan menambah pertemanan ternyata terbukti bisa mempermudah dalam mencari pekerjaan.


Dari obrolan – obrolan yang sudah kami bahas dengan informan, dapat disimpulkan bahwa informan kami memiliki manajemen keuangan yang belum tertara dengan rapih dan belum disiplin. Hal itu dapat dipengaruhi karena kurangnya pemahaman ia tentang mengatur keuangan pribadi. Sifat konsumtif dan impulsif yang dimiliki Aldo hingga saat ini, menjadikan dirinya sebagai mahasiswa yang boros. Di tambah lagi dia sangat loyal dengan teman-teman sepergaulannya apalagi ketika dia mengikuti organisasi. Tanpa pandang bulu ia selalu meminjamkan uangnya untuk keperluan organisasi atau acara tersebut. menurut pengakuannya dalam melakukan itu semua ia sebenarnya sadar namun belum cukup paham bagaimana konsekuensinya nanti. Ia belum memikirikan efek-efek yang akan terjadi pada dirinya ketika melakukan hal tersebut. Ternyata masih banyak mahasiswa selain Aldo yang kurang paham tentang cara mengatur keuangan mereka. Dapat dikatakan hal yang terkadang dianggap sepele oleh beberapa orang bisa menjadi hal yang sangat krusial pula bagi orang lain dan hal itu dapat mempengaruhi masa depan seseorang ketika sudah mempunyai penghasilan tetap. Ia harus bisa memikirkan pengeluaran serta ditambah dengan cicilan – cicilan lainnya.

Saran yang bisa kami berikan adalah Aldo dapat menggunakan aplikasi Money Lover. Aplikasi tersebut dapat mencatat pengeluaran setiap harinya agar bisa terus terkontrol dengan baik. Dapat dilihat setiap satu bulan, minggu, atau per-tahunnya dan bisa juga membuat rancangan menabung disana. Terdapat berbagai macam pilihan kategori yang dapat digunakan untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan harian. Menurut kami aplikasi ini dapat sangat membantu untuk mengatur keuangan, karena setiap bulannya ketika kita melihat kita bisa mengevaluasi diri sendiri dalam menggunakan uang selama kurun waktu yang diinginkan. Dalam mengatur keuangan dibutuhkan ketelatenan atau disiplin. Membiasakan menabung juga termasuk dalam mengatur keuangan, walaupun belum tau akan digunakan untuk apa uang tabungan tersebut, tetapi seenggaknya sudah menjadikan menabung sebagai kebiasaan.

Karena ditemukan beberapa orang yang menabung hanya saat ia akan membeli sesuatu yang ia inginkan, setelah ia tidak menginginkan apapun ia tidak lagi menabung. Hal itu memang tidak termasuk dalam hal yang negatif. Namun jika bisa menjadikan menabung sebagai kebiasaan kenapa tidak dilakukan. Tidak mudah memang tetapi semua bisa dilakukan asal mau untuk berusaha.

22 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page