top of page
Search

Selisik Lain Ranah Humaniora : Harmonisasi Teknologi dan Manusia

(Sumber foto : teknik.unpas.ac.id)


Oleh : Yunda Ajeng Pratitasari & Azrial Abyad W


Mengapa Teknologi dan Antropologi?


Studi mengenai antropologi memiliki cangkupan yang sangat luas. Saking luasnya sampai-sampai ada anggapan bahwa dimana ada manusia disana terdapat antropologi. Dengan ciri khas lain adalah antropologi dapat dikategorikan sebagai ilmu yang serakah karena berbagai macam konsep dari berbagai bidang ilmu dapat dipelajari pada studi antropologi. Dengan banyaknya konsep ilmu lain dalam antropologi, seorang antropolog harus mencari fokus konsep apa yang hendak ditekuni seperti konsep agraria, konsep ekonomi, konsep politik, atau kajian perkotaan. Dengan memilih fokus dari sebuah konsep, seorang antropolog dapat mempelajari lebih dalam konsep tersebut dan mengaplikasikannya dalam dunia akademik maupun non akademik secara antropologis. Pada kesempatan kali ini kami mencoba untuk membahas konsep lain yang bisa dipelajari dalam studi antropologi.


Kami berangkat dari keresahan dimana saat ini dunia sudah memasuki era digitalisasi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh dari teknologi. Konsep teknologi juga kami nilai sebagai unsur kehidupan yang vital dalam kehidupan modern. Proses industrialisasi dan modernisasi dapat terwujud karena adanya teknologi. Terkesan agak aneh memang jika konsep yang kami angkat bukanlah berasal dari ranah ilmu-ilmu humaniora. Namun, kami berkaca bahwa sekali lagi antropologi memiliki cakupan yang sangat luas, setiap pembahasan yang muncul selalu ada campur tangan manusia. Untuk menjawab pengaruh dan dampak yang diberikan dan diterima manusia antropologi hadir untuk memberi pandangannya. Alasan lain yang memperkuat kami untuk membahas mengenai konsep teknologi dalam antropologi adalah antropologi sangat erat dengan manusia. Untuk mempelajari kehidupan manusia, antropologi harus mengerti manusia itu sendiri seperti apa. Jadi, bisa dibilang studi antropologi merupakan studi yang mempelajari manusia secara kultural serta biologis. Dimana untuk mempelajari manusia secara biologis hanya dapat dilakukan dengan mempelajari antropologi ragawi atau antropologi forensik. Karena berbagai alasan itulah kami memilih konsep teknologi untuk dibahas lebih lanjut.


Konsep Teknologi dalam Ranah Antropologi


Bila berbicara mengenai antropologi, satu hal yang pertama kali muncul dalam benak kita adalah manusia. Karena memang, antropologi sendiri merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang manusia. Dimana ada manusia, disitu pula lah antropologi secara tidak sadar terlibat langsung di dalamnya. Dalam antropologi budaya, kebudayaan menjadi titik utama bagaimana manusia melangsungkan kehidupannya. Budaya sendiri diambil dari bahasa sansekerta yaitu budhayyah yang berarti akal. Manusia diciptakan Tuhan dengan akal di dalamnya untuk membuat benda-benda yang bisa memudahkan semua pekerjaannya. Perwujudan kebudayaan itu sendiri merupakan semua benda-benda yang diciptakan langsung oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata misalnya pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang ditujukan untuk membantu manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Teknologi merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk memudahkan kehidupannya. Bila kita kembali mengingat zaman dahulu, teknologi telah ada dan berkembang. Teknologi diciptakan karena pemikiran manusia . Manusia yang saat itu bertindak dalam berbagai aktivitas dengan sistem sosial yang ada, sadar keinginan akan kemudahan, kecepatan, dan keefisienan. Kemudahan itu lalu dituangkan dalam pemikiran dengan diwujudkan dalam cipta, rasa, dan karsa. Teknologi yang ada pada zaman itu merupakan bentuk perkembangan pemikiran dalam bentuk wujud fisik. Teknologi yang diciptakan oleh manusia pada zaman itu misalnya, batu-batu yang dibentuk menjadi kuburan, tempat pemujaan, kapak, maupun alat untuk berburu. Masyarakat primitif juga mengenal sistem teknologi tradisional yaitu alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung atau perumahan, dan alat-alat transportasi. Berbagai macam teknologi yang dihasilkan ini merupakan bukti perwujudan fisik bahwa manusia membutuhkan sesuatu di lingkungan sekitarnya untuk memudahkan setiap aktivitas yang mereka jalankan.


Keunikan antropologi yang membuncah dalam benak kami adalah adanya kajian Antropologi Teknologi. Teknologi ini dikisahkan sebagai fungsi dalam mentransformasikan suatu masyarakat menjadi lebih kritis, kreatif, dan inovatif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan peran dan fungsi teknologi dalam kehidupan manusia. Antropologi mencoba menelaah keterkaitan teknologi dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, antropologi memiliki fokus untuk menelisik bagaimana teknologi dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Berdasarkan Dictionary of Anthropology, buku digital yang direkomendasikan oleh dosen kami, teknologi merupakan suatu cara manusia untuk berinteraksi dengan semua yang ada di lingkungan sekitar, termasuk alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu hal, membuat barang atau menyediakan barang dan layanan, serta kemampuan serta pengetahuan yang digunakan manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Pernyataan ini seketika membuka pikiran kami bahwa antropologi memang benar-benar berorientasi ke dalam seluruh kehidupan manusia, salah satunya teknologi. Teknologi ini memiliki keterkaitan dengan ilmu antropologi sejak Augustus Pitt Rivers dan Morgan menggolongkan teknologi sebagai indikator tingkat peradaban manusia.


Sementara itu teknologi menurut Harahap (1990) merupakan penerapan-penerapan secara sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah untuk keperluan praktis. Produk-produk yang dihasilkan teknologi terdapat dalam sistem kompleks dan berpengaruh pada sistem lain termasuk religi, sosial, politik, dan moral. Karena hal itulah teknologi menjadi bagian dari komponen kebudayaan. Dalam sudut pandang antropologi, teknologi digunakan sebagai tolak ukur tingkat kehidupan masyarakat. Hal ini dikemukakan pula oleh Leslie White (dalam Gunawan, 2009) bahwa dalam mengkaji kebudayaan, diperlukan evolusi kebudayaan yang dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya lingkungan yang menghasilkan energi untuk perkembangan masyarakat. Dalam hal ini teori evolusi budaya menekankan jika perbedaan tingkat kebudayaan.


Konsep Teknologi dalam Ranah Teknik


Setelah berkisah dengan teknologi menurut sudut pandang antropologi, kami berusaha mencari tahu mengenai teknologi dari sudut pandang teknik. Sedikit berbeda dari sudut pandang antropologi mengenai teknologi, teknologi juga memiliki bagian lain yang menjadikan ia sebagai elemen dasar kelangsungan hidup manusia. Teknologi itu sendiri diambil dari kata techne, yang dalam bahasa Yunani memiliki arti keterampilan atau proses, peralatan, cara berpikir untuk mempermudah pengadaan, perbaikan, bahkan penyempurnaan suatu industri. Menurut KBBI, teknologi merupakan metode ilmiah yang digunakan untuk tujuan praktis dimana tujuan itu digunakan untuk menyediakan semua barang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan kenyamanan manusia. Sementara itu Read Bain (1937) mendefinisikan teknologi sebagai sesuatu yang mencangkup semua alat, yaitu mesin, peralatan, perlengkapan, senjata, perumahan, pakaian, transportasi, komunikasi, perangkat, dan keterampilan yang akan memungkinkan manusia untuk bisa memproduksinya. Dalam kacamata teknik, teknologi merupakan kemampuan menghasilkan, memilih, menyesuaikan diri (adaptasi), mengkomersialisasikan, dan menggunakan pengetahuan sangat penting keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup. Teknologi memiliki tujuan yaitu mempercepat proses produksi, memperbesar volume produksi, menyempurnakan hasil produk, harga produk termurah, dan nilai ekonomis tinggi.


Keberadaan teknologi yang merambah ke semua kehidupan masyarakat menjadikannya sebagai aspek yang benar-benar diperhitungkan eksistensinya. Teknologi memang tidak bisa dijauhkan dari kehidupan perindustrian. Industri memiliki kaitan yang sangat erat dengan keberadaan teknologi ini. Industri merupakan kegiatan memanfaatkan bahan baku dan mengolahnya menjadi bahan yang dipakai dalam kehidupan manusia. Pengolahannya dilakukan dengan mesin atau teknologi sehingga industri dan teknologi ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Fokus teknik industri ini meliputi design, improvement, dan installation. Fokus ini memiliki cabang lagi yakni kajian mengenai sumber daya manusia, material, energi, informasi, dan alat. Jika dari dua unsur cabang fokus teknik industri ada maka disana terdapat teknik industri. Fokus lain dalam teknik industri yaitu manajemen operasi, financing, ergonomika, proses industri, prosedur perencanaan industri, aplikasi komputer, dan perawatan sistem operasi yang kompleks.


Faray dan Kisah-Kisah Teknik Industri


Menemukan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman kami mengenai teknologi, kami mencoba untuk mewawancarai seorang mahasiswa fakultas teknik Universitas Gadjah Mada. Faray Bachmid, usia delapan belas tahun asal kota Surabaya. Dirinya merupakan mahasiswa jurusan teknik industri fakultas teknik Universitas Gadjah Mada angkatan tahun 2018. Dirinya berhasil masuk Universitas Gadjah Mada melalui tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Kami memilih Faray untuk diwawancarai karena kami anggap dirinya mampu memberikan gambaran jelas mengenai konsep teknologi. Alasan lain kami memilih dirinya karena salah satu dari kami (Azrial) merupakan teman yang dipertemukan oleh sebuah acara kepanitiaan. Selama proses acara kepanitiaan tersebut, Azrial menilai bahwa narasumber memiliki pemahaman lebih untuk dapat menjelaskan lebih lanjut dari konsep teknologi.


Sore sehabis hujan lebat selepas waktu Ashar kami telah membuat janji dengan narasumber untuk bertemu dan melakukan wawancara. Tempat yang kami sepakati sebelumnya yakni perpustakaan pusat Universitas Gadjah Mada. Dengan menempati tempat duduk kayu yang berjumlah tiga buah melingkari meja kayu bundar yang dilengkapi kanopi diatasnya membuat suasana menjadi ramah untuk berbincang-bincang. Walau tempat yang kami pilih agak basah dan lembab, kami tetap menikmati sore tersebut dengan informasi baru dan pengalaman yang berbeda dari cerita yang disampaikan oleh narasumber.


Ketika narasumber datang setengah jam dari kesepakatan, kami berharap jawaban-jawaban dari pertanyaan kami akan dijawab secara memuaskan. Faray datang dengan memakai kaos kuning dibalut jaket denim terang serta celana jeans dan sendal sebagai outfit yang ia pilih. Dirinya memang tak merencanakan keluar kosan sehabis menjalani ujian akhir semester, jadi, dirinya tak mempersiapkan apapun untuk wawancara ini. Sebelum wawancara dimulai, ia menaruh barang-barang yang dibawanya seperti totebag hitam bermotif putih dan merah serta tumbler Tupperware berwarna kuning yang ia letakkan di atas meja tak jauh dari jangkauannya. Kami mulai membicarakan bagaimana keseharian kami belakangan ini seperti bagaimana dinamika Azrial dan Faray pasca acara kepanitiaan, sulitnya berinteraksi dengan teman yang lain, cerita menghadapi ujian akhir, dan masih banyak lagi. Setelah cukup lama berbincang-bincang, Kami mulai menanyakan pertanyaan yang telah kami susun sebelumnya.


Pertanyaan pertama mengenai konsep teknologi menurut seorang Faray Bachmid. Ketika ia mendapat pertanyaan ini, dirinya terlihat seperti mencari jawaban pasti mengenai konsep itu. Dirinya mengatakan bahwa dalam kuliahnya, tidak ada pelajaran konsep atau tokoh yang dipelajari secara mendalam. Jawaban yang bisa ia berikan adalah teknologi merupakan alat atau device yang mempermudah manusia melakukan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai sebuah tujuan yang berbentuk fisik dibutuhkan sebuah alat atau device dengan cara khusus yang disebut teknik. Menurutnya, tidak ada hirarki antara teknologi dengan teknik. Dirinya tak setuju jika dikatakan bahwa teknologi bagian dari teknik atau teknik ada karena teknologi. Justru, ia mengatakan bahwa teknologi dan teknik merupakan sesuatu yang berjalan beriringan. Teknologi diciptakan untuk tujuan efisiensi, namun tak semua teknologi bisa dikatakan efisien. Menurutnya, jika sebuah teknologi belum efisien, maka akan terjadi pembaharuan atau penyempurnaan sebagai bentuk perkembangan dari teknologi. Faray memberi contoh, komputer pada awalnya diciptakan hanya untuk memecah kode saat perang dunia melalui apa yang disebut enigma. Selanjutnya, komputer ditambah fungsinya sebagai alat hiburan dengan menambahkan fitur permainan tic tac toe. Untuk keperluan informasi yang lebih besar, komputer disempurnakan lagi dengan munculnya internet yang menciptakan sebuah koneksi. Sebuah koneksi yang mengandung informasi kemudian menyebar. Seiring penyempurnaan komputer dilakukan, bentuk dan ukuran juga diperhatikan efisiensinya. Jadi, semakin adanya penyempurnaan dari komputer, berarti semakin kecil bentuk dan ukurannya sampai mencapai apa yang disebut batas titik efisien. Saat ia menjelaskan hal ini, terlihat antusias dari narasumber untuk menceritakan apa itu konsep teknologi. Sesekali dirinya coba memastikan apa yang ia bicarakan adalah benar dengan melihat gawainya untuk mencocokan informasi.


Mengulas Dua Sisi Berbeda Teknik Industri dan Antropologi


Dengan ramah, Faray menjelaskan secuil kisah kehidupan lingkup Teknik Industri. Ia mengisahkan bahwa teknologi dalam industri memiliki peran penting terhadap proses perjalanan pengadaan kebutuhan yang diperlukan manusia. Teknik industri menawarkan berbagai berbagai keefektifan kerja dan barang-barang yang mereka hasilkan. Industri dalam kacamata teknologi itu sendiri memiliki fokus terhadap kesediaan produk-produk yang dibutuhkan masyarakat. Larut dalam penjelasan Faray, pikiran kami mulai menyangkut-pautkan betapa besar peran teknologi di dalam kehidupan manusia. Diskursus ilmu saintek dan humaniora memang berbeda. Namun, kami berhasil menemukan sinkronisasi teknologi dan manusia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini, antropologi teknologi melihat sisi teknologi dari sudut lain. Teknologi dipandang sebagai sebuah elemen yang dapat memudahkan manusia mencapai semua tujuan. Disini antropologi mengisahkan teknologi sebagai suatu hal yang menyokong peningkatan kualitas hidup manusia. Kehidupan manusia yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan teknologi, membuat teknologi menjadi salah satu dasar kehidupan manusia yang penting. Hal ini kami contohkan dengan pengolahan plastik di dalam lingkup industri. Plastik diproduksi berdasarkan permintaan pasar yang ada di masyarakat yang kemudian dibuat dengan bahan-bahan dasar plastik. Selama ini, penggunaan plastik yang memberi efek negatif bagi bumi mengundang gerakan masyarakat untuk bersama-sama menggunakan paper bag. Wacana ini mengingatkan kita pada kisah penemu plastik pertama. Pada saat itu, plastik menjadi suatu barang yang efisien untuk membawa barang bawaan manusia. Dikatakan efisien karena plastik sendiri terbuat dari bahan-bahan yang tahan terhadap air dan memiliki sifat yang kuat untuk membawa barang bawaan. Penggunaan plastik ini pada saat itu digolongkan sebagai salah satu teknologi yang mempermudah kehidupan manusia. Saat penemu plastik ini memberitahu bahwa orang-orang dapat menggunakan plastik untuk membawa kebutuhan mereka, ia menjelaskan bahwa plastik harus digunakan berkali-kali dikarenakan sifat ketahanannya. Kembali ke masa kini, menggunakan plastik berkali-kali dipercaya sebagai suatu hal yang harus dihindari karena akan berdampak bagi tubuh. Mengulas beberapa waktu lalu, penggunaan plastik sekali pakai digaungkan oleh berbagai gerakan untuk lebih menyayangi alam. Hal ini berdampak pada pola pikir masyarakat pada saat itu. Penggunaan plastik sekali pakai diterapkan dalam kehidupan masyarakat selama beberapa tahun. Mengenai hal ini, penggunaan plastik sekali pakai ternyata menimbulkan dampak buruk bagi bumi. Bumi tercemar oleh plastik-plastik sekali pakai yang meluas di berbagai tempat di seluruh penjuru dunia. Alhasil fenomena yang dapat kita lihat pada saat ini adalah fenomena climate change yang melanda bumi. Perubahan iklim ini seakan-akan menyalahkan plastik sebagai aktor utama kerusakan yang saat ini didera bumi. Dengan hal itu, muncul gerakan less plastic dengan penggunaan paper bag dan botol di berbagai tempat di seluruh dunia. Keberadaan plastik sebagai pelopor kemudahan membawa barang seakan-akan tidak dianggap lagi dikarenakan missing link yang terjadi. Penggunaan “plastik berkali-kali” tidak dikomunikasikan kepada masyarakat hingga fenomena ini terjadi.


Berkaitan dengan hal ini, Faray menjelaskan bahwa teknik industri memiliki fokus untuk meningkatkan kualitas plastik ini dengan menambahkan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, namun tidak untuk mengubahnya. Produksi yang dilakukan oleh teknologi industri disesuaikan oleh situasi dan permintaan pasar. Hal ini berbeda dengan antropologi. Antropologi memandang bagaimana manusia menanggapi setiap teknologi yang menyokong kehidupannya. Sesuatu yang missing link di masyarakat dipandang sebagai hal yang tidak seharusnya terjadi. Antropologi melihat bahwa perlu adanya edukasi yang disajikan untuk masyarakat memandang plastik yang sudah selama ini menjadi bagian dari kehidupan mereka.


Diversitas Teknik Industri dan Antropologi


Kami menemukan persamaan dari studi antropologi dengan teknik industri yakni luasnya diversitas kajian yang dapat dilakukan kedua displin ilmu tersebut. Jika pada studi antropologi dapat membahas kajian lain seperti ekonomi, politik, hukum, biologi, dan filsafat, untuk kajian teknik industri mereka dapat membahas mengenai desain, manajemen, akuntansi, operasional mesin, qualitity control, pengembangan teknologi, pemakaian teknologi dan masih banyak lagi. Menurutnya, muncul anggapan pada teknik industri merupakan jurusan teknik yang paling luas cakupannya. Sampai-sampai dirinya mengatakan bahwa setiap ada teknologi disana ada teknik industri. Contoh yang bisa dirinya berikan mengenai diversitas teknik industri adalah manajemen dan akuntansi. Fokus kajian tersebut menghitung alur uang yang ada dalam sebuah lingkungan kerja. Jadi, dengan memperkirakan waktu bekerja, waktu istirahat, proses transaksi, dan lainnya dapat diasumsikan mempengaruhi laju keuangan dalam sebuah korporasi. Dengan kajian akuntansi juga dapat memperkirakan upah yang dikeluarkan oleh korporasi untuk pekerjanya sesuai dengan pekerjaan apa yang dilaksanakan individu. Contoh selanjutnya yakni manajemen organisasi dan manajemen kelompok. Mahasiswa teknik industri diajari untuk dapat menjaga karyawan dan pekerja lainnya untuk mengatur kelancaran alur koordinasi sehingga dapat mengoptimalisasi kerja dari setiap karyawan yang ada. Dengan belajar mengenai manajemen manusia, teknik industri dapat merambah pekerjaannya secara lebih luas lagi yakni menjalani pekerjaan di bidang human resources. Lalu, contoh lain yang diberikan oleh narasumber yakni prinsip ergonomika. Prinsip ini bertujuan untuk mengetahui dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh pekerja untuk mengoptimalisasi pekerjaan yang dilakukan oleh individu. Ergonomika secara sederhana mencocokan pekerjaan kepada seseorang bukan mencocokan seseorang dengan pekerjaan. Kontekstualisasi yang dibicarakan oleh narasumber yakni pembuatan kursi. Setiap orang pastilah berbeda bentuk tubuhnya. Dengan mengumpulkan informasi seperti panjang kaki, lingkar tubuh, posisi tulang belakang, panjang lengan, dan lainnya disatukan menjadi sebuah informasi utuh untuk membuat kursi yang nyaman bagi penggunanya. Prinsip tersebut digunakan juga pada perusahaan korporasi dengan memperhatikan pekerjaan. Perbedaan antara pekerjaan yang dinamis dan pekerjaan yang statis memiliki ergonomika yang berbeda. Pada pekerjaan statis diperlukan adanya perhatian lebih pada lingkungan pekerjaannya seperti memperhatikan suhu ruangan, memperhatikan ketinggian ruangan, memperhatikan fatique atau batasan pekerja, memperhatikan lingkungan kerja secara detail seperti ketinggian kursi, ketinggian meja, kontras cahaya komputer, dan masih banyak lagi. Prinsip ini digunakan demi—sekali lagi—pengoptimalisasi pekerjaan yang diberikan kepada karyawan. Kami dan narasumber sempat bercanda dengan mengatakan bahwa prinsip ini sangat mendukung kemajuan kapital karena semua usaha efisiensi yang dilakukan oleh teknik industri semata-mata untuk keuntungan semata. Namun, dengan mengenal prinsip ergonomika, kami merasa prinsip ini merupakan prinsip yang sifatnya sangat antropologis. Mengapa? karena manusia yang merupakan penggerak dan pengoperasional dari sebuah korporasi dijadikan objek untuk kemajuan perusahaan. Prinsip ini masih menimbang batasan-batasan serta sifat manusia untuk menjalankan teknologi. Dengan begitu, prinsip ini menjadi jalan tengah untuk sama-sama menjalankan dan memajukan sebuah korporasi.


Teknologi menjadi alat penunjang kehidupan manusia dengan tujuan kemudahan dan efisiensi. Dalam prosesnya, teknologi sendiri ada karena diciptakan oleh manusia. Tak cukup sampai disana, teknologi butuh alur yang terstruktur untuk menjadikannya efisien. Sinkronisasi antara teknologi dan manusia selalu berjalan beriringan membuat jalan keduanya imbang. Satu sisi manusia membutuhkan teknologi dan sisi lainnya teknologi membutuhkan manusia untuk mengoperasikannya.


Referensi :


Diktat Kuliah Konsep Teknologi. IF Unikom, 2008.

Efendi, Rahmad. “Perspektif Antropologi Dalam Kajian Sosioteknologi – Antronesia.”


Antronesia.Com, 2011, antronesia.com/perspektif-antropologi-dalam-kajian-sosioteknologi/. Accessed 19 Dec. 2019.

110 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page