top of page
Search

Respon Pemerintah Terhadap Kerusuhan di Wamena, Benarkah Peduli?

Updated: Nov 22, 2019


Tampak korban kerusuhan yang harus mengungsi

Terjadinya kerusuhan di Papua di tengah hiruk-pikuk masalah yang dihadapi baik oleh masyarakat maupun pemerintah di Indonesia. Lalu bagaimanakah langkah yang sebaiknya kita ambil dalam hal ini? Baik kita sebagai mahasiswa atau masyarakat biasa yang mau tidak mau tidak harus memiliki peran dalam hal ini. Lalu, hal apa yang sebenarnya menyebabkan terjadinya kerusuhan ini?

Berdasarkan pengamatan saya dari beberapa sumber media online yang dalam hal ini bisa dijamin kredibilitasnya seperti kompas.com, tribun.news dan sejenisnya mengatakan bahwa penyebab terjadinya kerusuhan di Wamena ini secara garis besar disebabkan oleh beredarnya kabar yang tidak benar atau yang dewasa ini kita ketahui sebagai hoaks. Seperti yang dikatakan oleh Irjen Rudolf A Rodja sebagai Kapolda Papua, bahwa awal mula kejadian ini dikarenakan adanya kabar bahwa satu pekan sebelum terjadinya aksi sebagai bentuk solidaritas dan berakhir dengan kerusuhan, ada seorang guru yang memberikan pernyataan dimana pernyataan tersebut dinilai rasis oleh para siswa. Dikarenakan kabar tersebut sudah menyebar dan menjadi konsumsi warga sekitar, akhirnya digelarlah aksi tadi dengan keadaan masyarakat dan siswa yang sudah tersulut api emosi.

Kapolda telah memberikan pernyataan dan mengonfirmasi bahwasannnya kabar tersebut ternyata tidaklah benar kepastiannya. Pada awalnya ketika para pelajar SMA berkumpul dengan warga dengan jumlah sekitar 200 orang, lalu jumlah tersebut semakin bertambah hingga lebih dari 500 orang kemudian bersama-sama bergerak menuju kantor Bupati. Dalam aksi tersebut juga disertai dengan pembakaran bangunan maupun sepeda motor bahkan mereka juga melempari bangunan kantor Bupati dengan batu. Dalam keterangannya, Rudolf juga menambahkan bahwa beberapa aktivitas ekonomi seperti pasar atau pertokoan menjadi lumpuh dikarenakan adanya aksi ini, juga aktivitas akademik kegitan belajar mengajar tentunya menjadi terganggu. Ribuan warga juga banyak yang diungsikan ke beberapa kantor polisi atau markas TNI mengingat keadaan yang benar-benar tidak kondusif untuk beraktivitas sehari-hari.

Lalu bagaimana respon pemerintah dalam hal ini upaya untuk paling tidak menimimalisir adanya kerusuhan? Sebenarnya sebelum terjadinya kejadian ini, para Brimob dan Bupati Jayawijaya telah berupaya melakukan pendekatan kepada massa agar tidak melakukan aksi anarkis, namun pada akhirnya tetap saja mereka melancarkan aksi tersebut dan berakhir ricuh. Mungkin kita semua bertanya-tanya mengapa kejadian seperti ini tidak ada hentinya terjadi di Indonesia bagian Timur, juga mengapa pemerintah seolah lamban dalam menangani kasus semacam ini. Mari kita lihat bersama berikut beberapa jalan keluar yang diambil pemerintah kita. Diantaranya Presiden kita Joko Widodo yang tentu mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya korban kerusuhan ini yang mencapai 33 orang.

Telah ditegaskan pula oleh presiden kita bahwa orang yang menyebabkan ricuh dan yang membunuh telah ditangkap.

"Saya ingin mengucapkan duka yang mendalam dan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya korban yang ada di Wamena 33 orang telah meninggal," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (30/9/2019).

Jokowi pun telah memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Jenderal TNI (Purn) Wiranto beserta segenap jajarannya untuk mengejar biang keladi dari kerusuhan yang terjadi di Wamena pada Senin lalu.

"Saya sudah perintahkan ke Menkopolhukam dan TNI, Polri, untuk mengejar perusuh yang belum tertangkap," tambahnya.

Dalam analisisnya, Presiden mengungkapkan bahwa ini melibatkan beberapa kepala suku yang turun dari daerah pegunungan. Dikabarkan juga bahwa Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta maaf kepada semua rakyat atas kejadian ini. Jajaran pemerintah juga telah ia upayakan untuk mengevakuasi korban dan masyarakat sekitar daerah kerusuhan dan ia memerintahkan untuk menjamin logistik dan juga keamanan di lingkungan pengungsian.

"Penanganan mendesak saat ini adalah untuk mengevakuasi bagi korban kerusuhan baik yang meninggal maupun yang luka-luka, juga makan dan minum bagi masyarakat yang mengungsi di Kodim dan Polres serta gereja-gereja dan masjid," kata Lukas melalui keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (30/9).

Bisa kita lihat bahwasannya pemerintah daerah maupun nasional telah berupaya untuk menangani kasus ini, namun apa boleh buat bahwa kenyataannya massa sudah terlanjur memiliki semangat untuk beraksi. Padahal sudah jelas apa yang mereka perjuangkan untuk dibela jelas bukanlah sebuah kebenaran.

Adakah pihak lain seperti organisasi sosial dan sejenisnya yang justru bergerak lebih cepat dibanding dengan apa yang masyarakat inginkan, ialah pemerintah? Melihat adanya kerusuhan ini, tentu timbul banyak respon dari seluruh masyarakat Indonesia yang merasa mereka adalah satu-kesatuan sehingga menujukkan kepeduliannya dengan berbagai macam bentuk untuk membantu saudaranya di Wamena sana. Saya melihat beberapa organisasi sosial dan keagamaan menggalang dana untuk berbagai keperluan logistik para pengungsi yang sekarang jumlahnya sudah lebih dari 3000 orang. Dari hanya perkumpulan beberapa orang dalam lingkup mereka masing-masing hingga organisasi yang dengan skala internasional, seperti Aksi Cepat Tanggap, Kitabisa.com, dan semacamnya. Beberapa organisasi keagamaan tentu ikut berpartisipasi, hal ini berdasarkan pengamatan saya pada lingkungan sekitar kampus dan mahasiswa.

Beberapa pemandangan yang dapat dengan mudah kita temui adalah ketika sedang berada di lampu merah, banyak dari kalangan pemuda yang penggalang dana langsung untuk membantu meringankan beban yang dipikul oleh warga Wamena, mereka memilih untuk menggalang dana secara langsung dibanding harus dengan mengirim uang via transfer ke salah satu anggota dari mereka. Menurut saya hal ini dilakukan karena penggalangan dana secara langsung lebih terpercaya dan bisa disaksikan banyak orang ketimbang harus menggunakan nomor rekening.

Mungkin jika dibandingkan, akan lebih cepat respon secara nyata dari sesama masyarakat daripada harus menunggu kepastian-kepastian dari pemerintah yang entah kapan terealisasikan. Adanya kepercayaan dan rasa yang terbangun diantara masyarakat menjadikan kita semua sangat care hal semacam ini.

Sejauh ini saya sebagai pembaca juga mengamati berita dan tentu harus memiliki peran dalam membantu mengurangi dan mengatasi masalah yang bisa kita kategorikan sebagai masalah bersamaa. Adalah melihat dari sisi dimana seharusnya misalpun keadaan mengharuskan saya tinggal di sana. Mungkin saya akan membantu mensosialisasikan bahayanya hoax, kabar yang tidak benar keberadaannya. Mungkin banyak faktor yang menyebabkan mengapa mereka mudah percaya untuk hal semacam ini, terlebih kita semua harus kritis jiika sudah menyangkut mengenai rasis dan masalah sejenis. Tidak bisa kita ambil diam dan tidak peduli akan hal ini, sebab akan selalu ada kejadian yang ternyata di luar yang kita duga dan tidak kita inginkan terjadi.

Apakah di benak teman-teman bisa menerima jika puluhan nyawa melayang hanya dikarenakan termakan berita hoaks? Tentu terdengar sedikit menggelikan bukan untuk ukuran kita yang mungkin sudah teredukatif dengan hal ini. Nah, maksud saya mungkin lebih kepada tindakan yang mencegah mereka untuk tidak mudah percaya akan sebuah berita. Kita sampaikan bahwa kita jika menerima sebuah berita harus dipastikan terlebih dahulu dan semacamnya. Pada akhirnya kita pula bisa menilai bahwa apakah memang benar respon yang dilakukan oleh pemerintah ini benar sebagai pembuktian kepedulian terhadap rakyatnya atau hanya menjalankan suatu sistem hukum yang telah ada.

Sumber :

3 views0 comments

Recent Posts

See All

PEMBATASAN JAM MALAM BAGI PEREMPUAN

Nama: Hanum Ari Prastiwi NIM: 18/424761/SA/19133 Mata Kuliah: Komposisi Menulis Kreatif (menulis etnografi) Alasan pembatasan jam malam pada perempuan terutama suku Jawa sudah tidak asing dengan kalim

bottom of page