top of page
Search

Pembangunan dalam Perspektif Teknik Sipil dan Antropologi


Pembangunan adalah proses pembuatan bangunan. Dimana prosesnya sangat erat dengan kehidupan manusia. Melalui pembangunan, manusia mengenal tempat, struktur, dan objek tiga dimensi. Seperti halnya rumah, ruang kerja, pusat perbelanjaan, hotel, dan bangunan-bangunan lainnya yang menjadikan manusia kemudian bisa mewujudkan rancangan yang membantu keselarasan dalam beraktivitas. Sehingga selalu ada bagian penting yang kemudian memberikan kontribusi dalam pembangunan. Idealnya selalu ada berbagai tahapan penting untuk kemudian bangunan tersebut bisa berdiri kokoh. Jika membicarakan pembangunan dengan skala besar dan kompleks maka sudah pasti harus ada proses perencanaan, pembuatan, dan pengaturan. Melalui tiga proses ini kemudian dibutuhkan beberapa bidang kajian ilmu yang berbeda-beda untuk saling melengkapi kekurangan.


Dalam kesempatan ini, kami pun berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan disiplin ilmu yang memberikan detail proses pembangunan untuk akhirnya bisa kokoh berdiri. Dengan sedikit melawan rasa dingin, kami banyak mengobrol dengan salah satu mahasiswa S1 Teknik Sipil bernama Nofet Herraldo. Dimana saat ini Nofet telah menginjak semester tiga dan telah banyak melakukan survey pembangunan sebuah konstruksi. Kajian ilmu sipil yang dipelajari Nofet kemudian harus menuntut ia mempelajari tentang susunan batuan, perairan, statistik, kandungan semen, dan lain sebagainya. Sembari memakan mendoan, ia menuturkan bahwa sipil merupakan bagian terpenting dalam sebuah proses pembangunan. Bahkan sampai ada ungkapan yang mengatakan bahwa, ketika bangunan terlihat kokoh berdiri dan sedap dipandang maka arsitektur akan mendapat pujian, sedangkan ketika bangunan lemah dan mengalami kebocoran maka sipilnya yang akan mendapatkan peringatan.


Dalam pembangunan jalan misalnya, akan diperlukan kajian ilmu dari perencanaan wilayah dan kota, teknik sipil, dan arsitektur. Ketiga bidang ini kemudian bekerja sama dalam satu kontraktor yang menjadi pengawas mereka untuk akhirnya pembangunan bisa tercipta sesuai dengan rencana. Pembangunan sendiri merupakan hal yang memang tidak bisa dilepaskan dari perangkat hidup manusia. Dimana prosesnya yang seiring berjalannya zaman mengalami banyak peningkatan dan kemajuan. Sebuah zaman dengan segala pembangunan juga akan menambah problematika dalam taraf kehidupan. Lebih banyak lagi kebutuhan manusia maka semakin bertambah pula kompleksitas yang dihadapinya. Dalam hal ini sipil melihat kompleksitas dalam bangunan untuk menemukan bahan dan kontruksi kuat, menjadi seragam kemudian ketika arsitektur melihatnya dalam bentuk design wujud bangunan.


Nofet menjelaskan bahwa dalam proses membangun sesuatu, pastinya harus melalui studi kelayakan kasus, dimana dalam studi ini menjadi contoh atau sempel seorang sipil untuk memutuskan apakah akan membangun atau tidak. Misalnya, pembangunan umum seperti hotel atau tempat wisata yang cenderung mengonsumsi banyak air, maka yang harus diperhatikan adalah penggunaan air yang harus menggunakan PDAM dan tidak boleh menggali sumur, mengingat hal tersebut dapat mempengaruhi air sumur milik masyarakat sekitarnya.


Studi kelayakan kasus melihat bagaimana sebuah kondisi sosial lingkungan untuk akhirnya bisa membangun dan menentukan cara penanaman pondasi yang kuat. Ketika bangunan seperti hotel akan dibangun dekat dengan pemukiman warga maka pondasi awal tidak boleh menggunakan tekanan tanah yang bergetar, karena dapat meretakan dinding-dinding bangunan sekitarnya. Selain itu, jika dalam pembangunan jalan, maka seorang sipil juga harus melihat kualitas semen yang akan digunakan dengan intensitas jalanan akan dipakai oleh masyarakat. Sehingga ketika jalanan yang terbilang masih berupa tanah di beberapa pedalaman sebaiknya tidak terlalu tergesa-gesa dibangun jalanan beraspal, karena mengingat penggunaannya yang jarang hanya akan memakan banyak uang. Apalagi ketika sebuah jalanan telah memasuki masa perkiraan umurnya, ia harus segera diganti atau dilapisi kembali dengan semen yang telah lolos uji lab dalam proses studi kelayakan.


Disiplin ilmu dalam teknik sipil sangat penting melihat kondisi masyarakat karena dalam realitanya bangunan memiliki pengaruh yang signifikan dengan manusia. Seorang sipil akan menjadikan projek dalam pembangunan juga nyaman dan aman untuk penggunannya. Berbagai pemaparan di atas kemudian memancing kami untuk bertanya lebih jauh terkait isu-isu masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan. Salah satunya yakni masalah yang dirasakan oleh beberapa daerah di Jogja yang mengalami kesulitan air karena adanya pembangunan hotel di depan pemukimannya. Banyak air dari sumur warga yang mulai menyusut kadar airnya. Segala upaya seperti audiensi dan aksi berupa demo telah dilaksanakan ke pihak hotel untuk bertanggung jawab dalam pembangunan yang menurut warga merugikan.



Dalam kasus ini tidak terlepas dari isu sosial-politik yang menurut informan memang banyak proyek memberikan investasi besar-besaran, sehingga pembangunan terkadang hanya berfokus pada kesuksesan proyek. Karena teknik sipil berfungsi untuk membangun dan mengatur struktur bangunan maka bisa dimungkinkan ada beberapa trik permainan proyek untuk menghasilkan lebih banyak pemasukan. Meski telah dilakukan studi kelayakan, jika berkaitan dengan uang, manusia terkadang bisa saja dilenakan. Untuk pembangunan hotel sendiri sebenarnya harus sesuai dengan aturan yang tidak merugikan masyarakat sekitar. Bahkan dalam pembangunan pusat perbelanjaan yang berdekatan juga perlu melakukan banyak kajian untuk akhirnya bisa ditentukan akan dibangun atau tidak. Namun, lagi-lagi selalu ada ego yang menggunakan uang untuk jalan tengah agar proses bisa langsung dikerjakan.


Beberapa kondisi lain yakni banyaknya supermarket yang saling berdekatan, akan merugikan jika kedua supermaerket tersebut berjejeran karena persaingan pasar bisa saja condong ke salah satu pihak saja. Namun, lain halnya jika dua supermarket saling berhadapan di ruas jalan yang memiliki akses arus kendaraan yang cepat. Kendaraan yang lewat secara otomatis akan memilih ke supermarket di pingir terdekat mereka, dan ruang persaingan akan stabil melalui posisi berdekatan tersebut. Jika melihat hal ini dalam perspektif antropologi maka, dapat dilihat dari budaya masyarakat yang akan cenderung memilih hal yang memudahkan mereka.


Dalam disiplin ilmu informan sendiri terkait adanya pembangunan ruas jalan juga memerlukan banyak penelitian untuk akhirnya jalan bisa dibangun. Mulai dari membuat formula semen dengan empat tingkatan di atas tanah hingga pada perkiraan umur tanah agar nantinya sebelum keropos ia bisa dibenahi dan tidak membawa kecelakaan. Sipil melihat kondisi sosial masyarakat dalam pemukiman sebagai pemilihan bahan untuk pembangunan. Dimana kondisi tanah, bangunan di sekitar, dan penggunaannya oleh lalu lalang kendaraan menjadi poin penting kajian. Pembangunan menurut teknik sipil adalah menjadikan sebuah bidang dalam tiga dimensi yang didasarkan pondasi. Sedangkan dalam kajian antropologi, pembangunan menjadi hal yang akan berdampak baik positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar. Dalam peranannya pun, meski sipil banyak bergerak di bidang pembangunan, namun juga perlu melihat kondisi sosial dan fisik lingkungan sekitar. Oleh karena itu, teknik sipil banyak diguanakan dalam pembangunan berskala besar, kompleks, dan memakan waktu yang cukup lama.


Berbicara terkait pembangunan, maka kedua pandangan terkait kajian antropologi dengan teknik sipil menjadi hal yang berbeda namun memiliki muara yang sama. Dengan masyarakat sebagai pembentuk dan penerima, maka kedua kajian ilmu ini berusaha memandang hal yang sama dengan cara yang berbeda. Teknik sipil akan memandang masyarakat sebagai salah satu faktor penting untuk menentukan struktur dan konsep sebuah bangunan. Sedangkan antropologi akan memandang pembangunan sebagai wujud perkembangan manusia dan yang akan memberikan dampak sosial budaya untuk keberlangsungnya kehidupan.


Teknik sipil sendiri sebenarnya memang lebih berfokus pada pembangunan secara lapangan, sehingga studi kelayakan yang digunakan juga menggunakan data lapangan. Data yang dihasilkan menjadi tolak ukur untuk kemudian bangunan bisa layak digunakan atau tidak. Berbeda halnya dengan antropolog yang melihat ini sebagai bentuk perubahan, kebutuhan, dan sistem budaya masyarakat yang akan menerima pembangunan. Antropologi akan melihat hal ini sebagai salah satu fenomena yang dipengaruhi berbagai kultur masyarakat. Misalnya jika melihat sebuah penginapan atau hotel yang menerapkan konsep rumah tradisional untuk memberikan daya tarik tersendiri, maka teknik sipil hanya akan melihat bentuk, struktur, dan dampak bangunan untuk sekitar. Sedangkan antropologi akan melihat ini sebagai salah satu wujud perilaku manusia untuk memanfaatkan pangsa pasar yang cenderung memiliki pola melingkar, sehingga semakin modern zaman, semakin berkurang pula rumah tradisional. Hal ini kemudian menjadi budaya baru untuk menjadikan rumah tradisional atau ornamen berbau kedaerahan sebagai penarik minat pengunjung.


Memahami terkait pembangunan maka masyarakat akan menjadi poin tercapainya kondisi sosial. Melalui kedua kajian ini memiliki tantangan tersendiri ketika bentuk bangunan tidak selaras dengan lingkungan. Namun, bagi sipil sendiri tugas mereka hanyalah membangun sesuai dengan kebutuhan, dan dampak atau pandangan terkait masyarakat hanya akan berhenti sampai bangunan akhirnya kokoh berdiri dan bisa digunakan. Sedangkan bagi antropologi hal ini merupakan sebuah proyek jangka panjang, yang tidak akan selesai hanya karena pembangunan telah rampung. Perlu melihat dampak dan manfaat bangunan untuk masyrakat, serta apakah kemudian akan mempengaruhi berbagai sosio kultural masyarakat. Antropologi akan melihat dampak pembangunan bisa melalui jangka waktu dan juga perilaku.


Salah satu pembangunan yang mungkin akan menjadi sorotan adalah pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan. Melalui pembangunan yang terbilang cukup besar dan sangat kompleks ini, maka sipil akan dengan jeli melihat struktur batuan, tanah, dn pondasi yang tepat untuk membangun peradaban pusat kota yang baru. Teknik sipil berperan penting dalam penentuan jenis bahan dan struktur terbaik istana negara dan berbagai kantor-kantor pejabat lainnya. Bahkan untuk aliran air, alur jalan, dan pembangunan bendungan menjadi proyek yang perlu diperhatikan proses dan bahannya. Pembangunan ibukota baru ini yang juga akan menjadi salah satu perubahan bagi masyarakat sekitar, baik di Jakarta dan juga Kalimantan. Dimana Jakarta akan mulai membenahi pusat kotanya dari kepadatan, banjir, dan permasalahan lainnya, serta Kalimantan akan menemui kesibukan kota yang akan semakin padat, rapi, dan infrastruktur yang padat.


Kami sebagai mahasiswa yang melihat ini dari kaca mata antropologi merasa bahwa akan banyak budaya, kondisi masyarakat, dan kondisi alam yang mengalami perubahan besar. Mengingat Kalimantan masih memliki berbagai suku pedalaman dan budaya yang khas akan segera dibenturkan dengan budaya ibukota yang semakin modern dan mengalami pembaruan. Ibu kota yang akan menjadi pusat negara ini juga yang akan menjadikan Kalimantan sebagai kota dengan arus keluar masuk yang semakin meningkat. Masyarakat harus disiapkan dengan segala bentuk adaptasi, asimilasi, dan akulturasi budaya. Dimana culture shock dan culture lag bisa saja terjadi seiring penyesuaian Kalimantan menjadi pusat negara. Budaya dan sosial masyarakat perlu diperhatikan karena ini menyangkut kepentingan banyak orang dan kebutuhan yang harus saling dihormati.


Pembangunan, dalam antropologi selalu dilihat sebagai sesuatu yang tidak hanya mempengaruhi bentuk lanskap atau susunan geografis suatu wilayah. Antropologi dengan segala keunikannya selalu melihat hal-hal kecil yang mungkin timbul dari gejala tertentu. Karena sangat dekat kaitannya dengan manusia, maka pembangunan secara antropologis melihat apa yang terjadi sebelum dan setelah pembangunan ini dilakukan. Dalam studi teknik sipil, pembangunan bertujuan sebagai sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana, sehingga studi teknik sipil berhenti pada pembangunan dan bagaimana teknik pembangunan ini sesuai dengan keadaan geografis wilayah tertentu. Dalam studi antropologi, manusia selalu menjadi objek dan subjek dari setiap studi yang dilakukan, sehingga apapun yang terjadi pada mereka bisa menjadi sorotan, baik sebelum maupun sesudah pembangunan itu dilakukan.


Pembangunan ibu kota baru ini juga menarik perhatian para ilmuan untuk akhirnya turut mengkaji apakah Kalimantan memang sudah ideal dan siap mengalami pembangunan besar-besaran? Kesiapan ini yang perlu juga dikaji oleh antropolog seharusnya, karena teknik sipil tidak akan mungkin melakukan studi kelayakan pembangunan melalui sosial-kultural dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Antropologi kemudian akan mengambil peran penting dalam melihat bagaimana reaksi masyarakat terhadap wacana pembangunan yang akan dilakukan dan reaksi mereka setelah pembangunan yang telah disosialisasikan itu terlaksana.


Teknik sipil memiliki daya tarik tersendiri melalui metodenya untuk bisa menentukan umur bertahannya sebuah banguan atau juga jalanan. Umur inilah yang menjadi dasar perlunya melihat kondisi sekitar sebelum membangun. Jika berhubungan dengan ruang publik, maka keadaan batuan, struktur, dan pondasi harus terus diperhatikan. Misalnya dalam sebuah jalanan kota terdapat banyak lubang aspal, maka hal tersebut bisa jadi karena struktur aspal yang kurang kuat dan tidak merata. Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa yang paling penting dalam pembangunan jalan adalah anti air. Air menjadi masalah sebuah bangunan bisa keropos atau berubah, dimana kondisi air di lapisan tanah dan sekitarnya akan mempengaruhi ketahanan aspal. Selain itu kabel dengan tonggak besi yang berdiri di sepanjang jalan juga membutuhkan pondasi yang sangat kuat, sehingga ketebalan dan ketahanan daratan perlu diperhatikan.


Kedua disiplin ini mungkin sama-sama melihat masyarakat dalam kajiannya, namun memiliki perbedaan alasan dan alibi yang mendasari keduanya. Pembangunan yang juga erat dengan pemukiman memiliki wujud yang saling berkaitan. Sehingga ilmu sosial dengan ilmu sains dan teknologi memang harusnya saling melengkapi dan menambah wawasan. Sebuah proses pembangunan perlu adanya pendekatan sosial untuk akhirnya bisa diterima dengan baik oleh segala kalangan. Problematika yang muncul dalam konsep pembangunan pada akhirnya juga memunculkan definisi yang berbeda antara satu sama lain. Ketika studi teknik sipil ini fokus pada bagaimana pembangunan tersebut lancer atau tidak, bangunan yang dibangun akan bertahan lama atau tidak, tahan bencana atau tidak, studi antropologi melihat sesuatu yang berbeda dari pembangunan.


Perbedaan fokus dari kedua disiplin ini tetap tidak mengaburkan dampak dari pembangunan, yakni manusia. Meski studi terhadap pola perilaku manusia itu sangat penting dan fundamental, namun disiplin teknik sipil cenderung menghiraukannya dan memilih fokus pada keberhasilan pembangunan yang diinisiasi oleh kontraktor. Keberhasilan dari pembangunan yang berdampak besar bagi para pekerjanya juga menjadi alasan mengapa proyek pembangunan ini sedikit mengesampingkan reaksi masyarakat. Kesejahteraan pekerja sebenarnya juga tidak luput dari studi antropologi, namun ketika membahas mengenai pembangunan, maka hal yang terpenting adalah masyarakat yang terdampak secara fisik. Masyarakat setempat menempati posisi utama dalam studi antropologi.


Begitu juga dengan antropologi, meski pengetahuan mengenai konstruksi pembangunan itu sangat penting, tetapi antropologi, sesuai namanya memilih untuk fokus terhadap apa yang dilihat dan dirasakan masyarakat setelah pembangunan itu dilakukan. Studi antropologi yang sangat khas dengan metode penelitian observasi partisipannya ini dapat dengan lebih mudah untuk meneliti keadaan masyarakat terdampak daripada terjun dalam kehidupan komunitas pekerja meski sebenarnya bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Lebih lanjut, sebenarnya kedua disiplin ilmu ini adalah dua hal yang seharusnya saling melengkapi, sehingga perencanaan dapat dilakukan dengan memihak pada masyarakat dan kontraktor. Meski hal tersebut sangat sulit dilakukan, tetapi melihat semakin lunturnya kearifan local dalam suatu masyarakat, maka ada baiknya jika setiap pembangunan yang akan dilakukan itu juga memperhatikan masyarakat terdampak dan memastikan bahwa mereka dapat menerima pembangunan yang akan dilakukan. Namun, tuntutan ekonomi dan zaman menjadi penghalang utama dari pembangunan. Hal tersebut membawa wacana mengenai pembangunan ini pada persoalan yang lebih kompleks.


Penulis: Fadia R. A dan Akhodza Khiyaaroh


Daftar Pustaka

Kasniyah, Naniek. 2005. Antropologi Pasca “Pembangunan”: Dimensi Antropologi Terapan. Humaniora Volume 17, No. 3.

Marzali, Amri. 2016. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Prenadamedia.

Purbowati, Deni. 2018. Teknik Sipil, Jurusan yang Menghasilkan Tenaga Penggerak Pembangunan. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teknik-sipil-jurusan-yang-menghasilkan-tenaga-penggerak-pembangunan

K,. Bambang, Setyohadi. 2007. Tipologi Pola Spasial dan Segregasi Sosial Lingkungan Pemukinman Candi Baru. Semarang: Universitas Negeri Semarang

679 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page