top of page
Search

Mengenal Pinggiran bersama Hendra Blangkon Prinyandari

oleh Megawati Sukarno Putri dan Tanti Harisa Qur'ani



Kamis, 29 November 2019 hari ini kami mendapatkan informasi mengenai akan diadakannya pemaparan salah satu seniman mengenai karyanya di Jogja National Museum. Sore itu kami berangkat berempat, duduk di selasar panggung bersama pengunjung lainnya. Memakai sepatu merah, jaket hitam, dengan potongan rambut gondrong memakai topi. Mas Hendra Blangkon Priyandari, seniman yang memperkennalkan dirinya di sore itu. Dengan karya seni yang diangkat sebagai suatu bentuk custom atau inkorporasi dengan memanfaatkan barang dan di kolaborasikan menjadi barang lain dengan fungsi yang berbeda. Mas Hendra Blangkon adalah salah satu seniman yang berasal dari Jogja yang menjadi salah satu seniman yang menampilkan karyanya di pameran seni Biennale Jogja XV. Karya Mas Hendra Blangkon ditampilkan di Jogja National Museum yang bertepatan di lantai dua.


Mas Hendra Blangkon merupakan seniman yang aktif membicarakan fashion, musik, dan fans dalam proyek macanista, melalui keterlibatannya sebagai vokalis di Happy Metal Sangkakala Band. Mas Hendra terlibat berbagai kegiatan nasional maupun internasional. Mas Hendra Blangkon adalah salah satu alumni mahasiswa ISI Yogyakarta pada tahun 2006, lulus dengan jati jidi sebaai seorang seniman, Mas Hendra memulai karirnya dengan masuk dunia seni music dan rupa. Sebagai salah satu mahasiswa alumni ISI (Institut Seni Indonesia) Mas Hendra telah menguasai bagaimana seni itu mempengaruhi seseorang dalam kehidupannya masing-masing. Mas Hendra berasal dari Ponorogo dan sekarang berdomisili di Jogja, oleh karena itu Mas hendra dapat membandingkan bagaimana kondisi masyarakat yang dianggap pedesaan di Ponorogo dengan masyarakat kota.


“Seni itu adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan” –Mas Hendra Blangkon. Kami setuju dengan pendapat Mas Hendra mengenai kalimat ini. Karena bagi kami seni itu termasuk bagian yang diciptakan oleh Tuhan hanya saja manusia terkadang tidak sadar dan tidak menggali potensi terhadap seni yang dimiliki tersebut. Sebagai contoh Mas Hendra Blangkon menyebutkan bahwa seorang penyanyi yang memiliki potensi seni suara yang lebih baik berasal dari gen orang tua yang memiliki suara baik pula. Namun, bisa jadi seorang penyanyi memiliki bakat dan suara yang baik bukan berasal dari genetika melainkan kebiasaan dari diri sendiri yang dilatih. Seni adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, yang diciptakan melewati bagaimana manusia beraktifitas dalam keseharian. Dengan adanya aktifitas muncul suatu pendapat yang dimiliki masing-masing individu, pendapat tersebut menjadi sebuah ciri khas dan jati diri seseorang, yaitu sebuah seni.


Mas Hendra dalam menampilkan karyanya dikenal dengan pendekatan kolase media campuran pada karya dua atau tiga dimensi. Beliau mempergunakan benda-benda temuan baik dari sekitar rumah atau dari pasar loak mencoba mengangkta tema pinggiran dengan jiwa personal dan tema lokal ata lingkungan yang biasa dipakainya. Pada karyanya ini beliau menyoroti secara spesifik pada praktik custom di Indonesia, dimana teknologi, produk, dan gaya hidup diubah pakai demi menjawab tantang idup masyarakat Inodonesia. Karya Mas Hendra secara politis memperlihatkan struktur kuasa pengetahuan teknologi dan ekonomi dalam tataran yang paling dasar yaitu bagaimana sebagai warga negara bekas kolonial kita hanya punyaa akses pada aspek konsumsi pemakaian.


Karya Mas Hendra dengan melihat bentuk dan anggapan sebagai kolase yang brutal karena dianggap mengakali sesuatu menjadi fungsi yang berbeda, yaitu sebuah bentor (becak motor). Becak yang seharusnya dianggap terbuat dari kayu tidak dapat dikatakan memiliki insinyur yang sama dengan bentor, walaupun bentir dianggap lebih menguntungkan namun, itu bukanlah suatu pencapaian bentuk baru. Politik display merupakan salah satu cara bagaimana seseorang dapat mempergunakan, menggabungkan, dan memakai sesuatu barang agar mempermudah aktivitas seseorang. Sebagi contoh dalam penglihatan Mas Hendra Blangkon mengenai penjual kopi keliling. Mereka yang biasanya berjualan mendapatkan hasil dengan cara poitik display tersebut secara tidak sengaja terbentuk untuk membantu pekerjaan. Contoh gula yang berada disamping gelas, dan sendok pengaduk, dan disampingnya lagi bungkus plastik. Begitu berurutan tempat dan fungsi yang mungkin tidak disengaja.


Bentuk yang lain dan sederhana dapat ditemukan ketika pada slot pintu yang mungkin terbuat dari besi, dapat dibeli dengan harga yang murah, mudah didapatkan, namun masih banyak orang yang memakia alat sederhana untuk mengunci pintu tanpa maksud menggantikan slot pintu. Yaitu berupa kayu yang dipaku. Contoh yang lain berupa pemakain gunting yang dibalut dengan kain supaya seseorang tidak merasakan sakit ketika menggunakan gunting. Mengapa tidak menggunakan sarung tangan saja? Hal ini menjadi isu yang menarik bagi Mas Hendra untuk diangkat ketika seseorang yang menggabungkan dua fungsi benda yang berbeda menjadi bentuk custom dan memilki fungsi yang lain. Kemudian apakah custom sebagai bentuk kerja yang baru? Dalam anganan Mas Hnedra Blangkon, beliau akan menciptakan suatu toko yang berisi barang-barang custom yang sengaja dibuat untuk membantu fungsi kerja benda yang lain.


Tema yang diangkat Biennale Jogja menjadi hal yang baru dan tantangan bagi Mas Hendra. Beliau mengaplikasikan benda yang berada di sekelilingnya untuk menjadi sebuah karya. Dengan tema pinggiran beliau mencoba mengangkat hal-hal custom ini sebagai sesuatu yang sering dipakai oleh masyarakat yang mempergunakan barang dan memanfaatkannya untuk menjadi fungsi lain. Selain itu, Mas Hendra berusaha mengekspresikan agar karyanya dapat tersalurkan bagaimana seseoarng ynga melakukan bentuk koaborasi sederhana sebenarnya adalah sebuah seni. Karena bagi Mas hendra seni adalah sesuatu yang berasal dari aktivitas manusia baik disadari maupun tidak disadari, seperti bagaimana seseorang berpakaian, seseornag bertingkah laku dan berkegiatan. Melakukan kegiatan adalah salah satu bentuk seni seseorang yang mungkin tidak disadari olehnya.


Mas Hendra Blangkon menilai sebuah pinggiran yang diangkat dalam Biennale Jogja adalah sesuatu yang menarik. Pinggiran diangkat berdasarkan bagaiman seniman dapat menilai makna yang dimaksud secara personal. Pendapat pinggiran antara orang satu dengan yang lain memiliki simbolik yang berbeda, ada yang menganggap pinggiran adalah suatu keadaan yang memprihatinkan, pinggiran sebuah tempat yang terpencil dan mungkin juga ada anggapan bahwa pinggiran adalah gelandangan. Melalui pemikiran yang di gunakan Mas Henda, kami menjadi paham akan maksud para seniman memproyeksikan pinggiran dalam karya seninya. Misalnya saja, dalam lukisan yang berada di bagian Jogja National Museum lantai tiga terdapat lukisan yang menggambarkan bentuk-bentuk makhluk simbol tak kasat mata, atau makhluk halus. Disini kami berpendapat bahwa dalam bagian ini ternyata penulis mengangkat tema pinggirannya melalui pandangan bahwa pinggiran berada di lingkungan yang jarang dikunjungi oleh manusia, jarang di akses atau dipublikasikan. Sehingga tempat-tempat yang demikian merupakan daerah tempat tinggal makluk-makhluk yang tidak terlihat. Dan banyak karya seni yang memiliki makna simbol tersendiri yang memproyeksikan tema pinggiran secara tidak langsung.


Cara berfikir Mas Hendra Blangkon dalam menilai seni yang sederhana membuat kami memiliki pandangan mengenai seni yang mudah dan sederhana untuk dipahami. Karena pendapat masing-masih orang berbeda tentulah tidak harus menyamakan presepsi seni dengan orang lain maupun dengan senimannya. Kita cukup memperhatikan pendapat kita dan seberapa jauh nilai yang tersampaikan dalam seni tersebut. Mas Hendra yang memikirkan dari kesederhanaan dan lingkungan sekitarnya menilai makna pinggiran berdasarkan keadaan sosio kultural dan kebiasaan dari kegiatan manusia. Pinggran dipakai untuk menggambarkan barang-barang yang sudah tidak memiliki fungsi kemudian di kolaborasikan menjadi barang lain yang lebih bermanfaat. Selain itu kesederhanaan dalam menggambarkan pinggiran juga terlihat ketika Mas Hendra menilai sebuah arti benda dalam dirinya. Menurut Mas Hendra, pinggran adalah orang dan kegiatan yang tidak jauh dari lingkungan sekitar.

34 views0 comments

Recent Posts

See All

Obi: Volunteering Adalah Momentum Pengembangan Diri

(Oleh Haerunnisa dan Nanda Sazkya) Tergabung menjadi seorang volunteer atau relawan adalah sebuah hal yang sering kali dan umum dilakukan. Membantu dengan sukarela, meluangkan waktu dan kemampuan sert

MEMAHAMI SITUASI PINGGIRAN LEWAT PERAN FISIK MANUSIA

Oleh Gabriel Dania Rekalino Kandolia Ajang pameran seni rupa Biennale Jogja XV 2019 dilaksanakan secara tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta pada 20 Oktober-30 November 2019. Tahun ini, Biennale

bottom of page