top of page
Search

Melihat Pengabdian Masyarakat dalam Sudut Pandang Daffa Dhiya

Andhika Miftakhul Huda

Putri Karina Yusuf

Voice


Pendahuluan

Dinamika kehidupan mahasiswa dihadapkan pada realitas sosial yang menuntut pada pergerakan di luar kelas. Mahasiswa dituntut untuk memberikan kontribusi pada masyarakat sebagaimana ditulis dalam tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. Tuntutan yang diharapkan menjadikan mahasiswa sebagai sahabat rakyat terus didorong guna mempersiapkan pemimpin di masa depan. Bung Hatta bahkan berani mengatakan bahwa mahasiswa itu akal dan hati masyarakat.


M.Atiatul Muqtadir dalam penjelasannya di Bukalapak menerangkan bahwa mahasiswa haruslah mendobrak dan melawan arus pemerintahan demi kepentingan masyarakat. Ia sekiranya membagi bentuk pengabdian masyarakat dalam beberapa aspek: akademis yang karyanya berguna bagi masyarakat, aktivis yang bergerak demi kepentingan rakyat, dan relawan yang turun langsung ke tempat masyarakat itu tinggal. Realitas ini menuntut mahasiswa untuk aktif tergabung dalam organisasi, pergerakan, atau komunitas untuk bekerjasama dalam membangun negara.


Tulisan ini kami bentuk serupa dengan biografi pendek yang menggambarkan sudut pandang dan latar belakang perjuangan seorang mahasiswa dalam pengabdian masyarakat. Kami berfokus pada pengabdian dalam aspek relawan masyarakat, terkhusus dalam bidang pendidikan. Kami menuliskan tokoh Daffa Dhiya selaku Ketua Panitia Festival Anak 2019 yang juga seorang relawan dalam ‘Baduy Mualaf Xpedition 2019’ bersama Beasiswa 10000. Daffa dalam pandangan kami memiliki latar belakang dan dinamika yang menarik dalam dunia kerelawanan.



Daffa Dhiya dan buku Indonesia Mengajar

Daffa Dhiya atau yang akrab dipanggil Daffa ini merupakan mahasiswa aktif Ilmu Ekonomi UGM 2018. Ia aktif dalam komunitas relawan pendidikan seperti Gadjah Mada Menginspirasi, Gerakan Sekolah Menyenangkan, FEB mengajar, dan turut serta dalam kegiatan pengabdian seperti ‘Baduy Mualaf Xpedition’ bersama Beasiswa 10000. Daffa memiliki pengalaman yang cukup untuk disebut sebagai mahasiswa yang bergerak di bidang relawan masyarakat. Kontribusi Daffa dalam dunia relawan ternyata sudah dimulai sejak sma.


Daffa bersekolah di Husnul Khotimah Boarding School pada jenjang smp dan sma. Peraturan asrama yang tidak memperbolehkan muridnya untuk membawa gadget membuat Daffa dan teman-temannya memiliki hobi baru yaitu membaca. Daffa senang membaca novel, terutama novel yang menceritakan tentang realitas kehidupan seperti novel karya penulis Tere Liye, Ahmad Fuadi, Eka Kurniawan dan lain-lain. Novel-novel yang ia baca didapat dari hasil membeli atau meminjam milik teman dan perpustakaan.


Pada penghujung tahun masa sekolah, tepatnya pada November 2017, ia menemukan buku berjudul Indonesia Mengajar (2011). Buku Indonesia Mengajar merupakan catatan para Pengajar Muda (sebutan bagi relawan Indonesia Mengajar) yang menjadi relawan pendidikan di pelosok Indonesia. Indonesia Mengajar merupakan sebuah komunitas relawan pendidikan yang didirikan Anies Baswedan pada tahun 2011. Anies Baswedan mewadahi para sarjana muda yang berprestasi untuk ikut menjadi relawan pendidikan ke pelosok Indonesia. Buku ini menjadi awal tumbuhnya minat Daffa dalam dunia relawan. Ia bahkan bercita-cita untuk ikut dalam relawan Indonesia Mengajar setelah lulus nanti.


Keinginan Daffa disambut baik oleh takdir, sekolahnya mengadakan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat untuk murid tingkat akhir pada Desember 2017. Murid kelas 12 dibagi ke beberapa kelompok untuk disebar ke beberapa desa yang ada disekitar sekolah. Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan kontribusi nyata sekolah pada masyarakat sekitar. Daffa mendapat gambaran mengenai pengabdian dan memulai pengalaman mengabdinya pada masyarakat.

Program dari kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat saat itu meliputi mengajar anak, sembako murah, bazar baju, perlombaan warga, serta membantu warga membangun jalan. Fokus Daffa saat itu lebih kepada mengajar anak di sekolah dan tempat pengajian. Selain ia suka dengan anak-anak, Daffa ingin membangun impiannya sebagai Pengajar Muda nanti.



Organisasi relawan pendidikan di kampus

Masuk ke jenjang perkuliahan, Daffa langsung memulai pengabdiannya dengan menjabat sebagai Ketua Pelaksana Action Plan gugus Kamarijani Soenjoto 2 sebagai rangkaian kegiatan PPSMB UGM 2018. Daffa membawa pengalaman Pengabdian Pada Masyarakat di sma untuk diterapkan dalam kegiatan Action Plan ini. Daffa dan kawan gugusnya melakukan kegiatan pengabdian masyarakat satu hari pada masyarakat Kali Code.

Daffa bergabung dalam komunitas relawan pendidikan yang ada di UGM seperti Gadjah Mada Menginspirasi. Gadjah Mada Menginspirasi adalah komunitas mahasiswa UGM yang bergerak di bidang relawan pendidikan. Kegiatan dari Gadjah Mada Menginspirasi adalah mengajar setiap hari sabtu di sekolah dasar yang ada di daerah tertinggal di Yogyakarta. Kemampuan Daffa dalam bidang pengajaran sangat meningkat di sini, ia banyak mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak dan manajemen kelas yang baik. Pengalaman mengajar selama satu minggu sekali masih ia laksanakan hingga saat ini. Daffa mengatakan bahwa Gadjah Mada Menginspirasi membawanya ke banyak hal baik seperti mengasah kemampuan mengajar, berkawan dengan sesama relawan, mendapat saudara baru yaitu murid yang diajar, dan lain sebagainya.


Daffa juga tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan cabang Yogyakarta. Berbeda dengan Gadjah Mada Menginspirasi, Gerakan Sekolah Menyenangkan merupakan organisasi luar kampus yang berfokus pada pengembangan teknik mengajar di kelas. Organisasi ini tidak serta merta turun langsung ke masyarakat, akan tetapi bertujuan untuk mengembangkan metode mengajar para guru atau relawan pendidikan. Tentunya Daffa mendapat hal baru dalam mengembangkan metode mengajar yang biasa ia praktikan saat mengabdi di Gadjah Mada Menginspirasi.


Selain tergabung dalam komunitas dan organisasi relawan pendidikan, Daffa berkesempatan untuk ikut dalam kegiatan mengabdi di Baduy. Kesempatan ini ia dapat setelah lolos seleksi Baduy Mualaf Xpedition bersama Beasiswa 10000. Daffa beserta relawan lainnya melakukan kegiatan pengabdian masyarakat pada kawasan masyarakat Baduy Mualaf yang termarjinalkan oleh pemerintah. Kegiatan dilaksanakan dalam satu minggu pada saat libur semester dua. Pengalaman mengabdi di Baduy bersama Beasiswa 10000 memberikan kesan baru dan memantik semangatnya untuk melakukan pengabdian kedepannya.


Baduy Mualaf Xpedition mempertemukan Daffa dengan para pengurus Beasiswa 10000. Safhira Alfarisi salah seorang pendiri Beasiswa 10000 yang juga merupakan mahasiswa berprestasi Nasional 2019 ini sangat menginspirasi Daffa untuk membentuk organisasi relawan sendiri. Walaupun belum membuahkan hasil, tekad Daffa untuk membangun organisasi relawan masyarakat sudah kuat. Ia bahkan sudah mengajak beberapa kawannya untuk bekerjasama dalam membangun organisasi ini.



Abdul Fattah, seorang sahabat yang membentuk Daffa

Ketertarikan Daffa dalam bidang kerelawanan bukan hanya murni lahir dari keinginannya pribadi, ia mendapat dorongan dari seorang sahabat bernama Abdul Fattah. Fattah merupakan sahabatnya sejak smp, saat ini Fattah bersekolah di S1 Pariwisata Universitas Brawijaya. Daffa dan Fattah merupakan sahabat satu sekolah saat smp dan sma. Daffa mengatakan bahwa intensitas bertemu dalam sekolah berasrama membentuk dinamika persahabatan mereka menjadi selayaknya keluarga.


Fattah menjadi alasan mengapa Daffa sangat senang berada dalam masyarakat karena sebenarnya Fattah sudah terlebih dahulu melakukan itu. Berbeda dengan Daffa yang turun ke masyarakat dengan embel-embel organisasi atau ekspedisi, Fattah lebih sering turun ke masyarakat atas dasar pribadi. Daffa mengungkapkan bahwa Fattah seringkali menginap di rumah masyarakat lokal sekitar sekolah mereka saat hari libur ketimbang pulang ke rumah. Fattah juga seringkali mengajak Daffa untuk ikut bersamanya, terhitung sejak kelas dua sma. Dalam perjalanannya, mereka membantu pekerjaan masyarakat sekitar seperti halnya berkebun, kuli bangunan, bahkan bantu memasak. Biasanya Fattah mengawali dengan berkenalan dengan penjaga wisata, ibu-ibu penjual nasi, atau masyarakat yang kebetulan berkesempatan diajak ngobrol. Hal itu mereka lakukan dengan senang hati dan disambut baik oleh masyarakat sekitar. Akibatnya mereka dikenal oleh masyarakat sekitar dan beberapa menganggap mereka sebagai saudara sendiri.


Persahabatan mereka terus berlanjut walau terpaut jarak yang jauh. Fattah beberapa kali berkunjung ke Jogja untuk berlibur dan bermain dengan Daffa. Saat berlibur ke Jogja pun Fattah terus mengajak Daffa untuk berkunjung ke masyarakat lokal dan menjalin persaudaraan dengan mereka. Tentunya ajakan ini membentuk pribadi Daffa yang memiliki orientasi sama pada masyarakat.


Pada Mei 2019 lalu, Daffa dan Fattah berkesempatan untuk berlibur ke Makassar. Mereka pergi setelah mendapat hadiah berupa tiket gratis dari acara tahunan Husnul Khotimah. Kesempatan pergi ke Makassar mereka manfaatkan untuk berkunjung ke masyarakat lokal di Maros. Mereka mengunjungi perkampungan nelayan di Maros dan tinggal di rumah masyarakat lokal selama satu hari satu malam. Induk semang mereka mengajak untuk menangkap ikan serta kepiting di laut menggunakan kapal kecil. Tentunya pengalaman ini memberikan kesan yang sangat berharga bagi persahabatan mereka berdua.



Gadjah Mada Menginspirasi dan Festival Anak

Daffa mengungkapkan pendapatnya terhadap Gadjah Mada Menginspirasi dan kepanitiaan Festival Anak. Sebelumnya kami jabarkan ulang secara jelas terkait Gadjah Mada Menginspirasi dan Festival Anak. Gadjah Mada Menginspirasi adalah komunitas mahasiswa yang berada di bawah naungan divisi Sosial Masyarakat BEM KM UGM. Kegiatannya adalah mengajar setiap hari sabtu di sekolah dasar yang ada di daerah tertinggal Yogyakarta. Sekolah dasar ini atau sekolah binaan dipilih secara rutin setiap satu tahun kepengurusan. Sedangkan Festival Anak adalah bentuk kepanitiaan yang bertanggung jawab atas acara perpisahan Gadjah Mada Menginspirasi dengan sekolah binaan. Sehingga Festival Anak merupakan bentuk kepanitiaan turunan dari Gadjah Mada Menginspirasi.


Daffa diberikan amanah untuk memegang tanggung jawab sebagai Ketua Pelaksana Festival Anak 2019. Dirinya ditunjuk langsung oleh Ketua Gadjah Mada Menginspirasi 2018/2019. Pemilihan Daffa sebagai ketua memiliki alasan bahwa ia salah satu relawan terbaik. Keaktifan Daffa dalam mengajar dan pendekatan Daffa dengan anak-anak serta masyarakat sekitar berhasil membuat dirinya dijadikan ketua.


Daffa memiliki pemahaman bahwa segala bentuk kerelawanan haruslah berasal dari hati yang tulus, bukan suatu bentuk paksaan atau berharap imbalan materi. Sejak awal ia sadar bahwa kepanitiaan Festival Anak bukanlah bentuk kepanitiaan yang besar apalagi bergengsi. Akan tetapi ada dorongan hati yang memutuskan dirinya untuk mengambil amanah ini. Daffa membentuk kepanitiaan dan mengalami dinamika organisasi yang melelahkan.


Awal mula perjalanan kepanitiaan Festival Anak berjalan dengan lancar. Tetapi saat mereka sudah berada di tengah jalan, beberapa dari panitia hilang kontak dengan Daffa. Bahkan sekretaris umum pun kehilangan kontak. Tentunya hal ini merupakan masalah besar bagi kelangsungan kepanitiaan. Daffa mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena banyak dari panitia yang sibuk dengan tugas kuliah serta melupakan tanggungan kepanitiaan Festival Anak yang dianggap kurang bergengsi. Beberapa panitia juga menjadikan Festival Anak sebagai kepanitiaan sekunder sehingga kepanitiaan ini tidak menjadi prioritas. Daffa merasa dalam kepanitiaan ini ia seperti berjalan sendiri.


Walaupun begitu, Daffa tidak pernah repot memikirkan persoalan ini karena ia berangkat dari pemahaman mengenai relawan yang harus menggunakan ketulusan hati. Bentuk kepanitiaan yang seharusnya profesional harus bertabrakan dengan prinsipnya tentang relawan. Daffa mengungkapkan bahwa dirinya tetap memotivasi dan mengajak panitia lainnya untuk membentuk kebaikan dalam kepanitiaan ini. Ada juga beberapa panitia yang terus bersama Daffa untuk menanggung beban bersama. Alhasil kegiatan Festival Anak 2019 di sekolah binaan Gadjah Mada Menginspirasi berjalan dengan baik, bahkan mendapat pujian dari para senior.


Daffa mendapat banyak sekali pelajaran dalam kepanitiaan yang ia jalani. Menurutnya, ketulusan seseorang haruslah dituntaskan hingga akhir perjuangan yang diberikan. Persoalan gengsi atau niat yang rapuh harusnya dapat diantisipasi sejak awal keputusan diambil. Relawan bukanlah seorang yang menuntut imbalan materi apalagi ajang untuk bergengsi, melainkan kesempatan yang diambil atas dorongan hati.

55 views0 comments

Recent Posts

See All

Obi: Volunteering Adalah Momentum Pengembangan Diri

(Oleh Haerunnisa dan Nanda Sazkya) Tergabung menjadi seorang volunteer atau relawan adalah sebuah hal yang sering kali dan umum dilakukan. Membantu dengan sukarela, meluangkan waktu dan kemampuan sert

MEMAHAMI SITUASI PINGGIRAN LEWAT PERAN FISIK MANUSIA

Oleh Gabriel Dania Rekalino Kandolia Ajang pameran seni rupa Biennale Jogja XV 2019 dilaksanakan secara tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta pada 20 Oktober-30 November 2019. Tahun ini, Biennale

bottom of page