top of page
Search

DUA SISI YANG BERBEDA

Ditulis oleh Faradila Dita dan Amma Hidayati



Yogjakarta adalah salah satu daerah yang tidak pernah berhenti dalam membuat suatu acara untuk masyarakat umum. Salah satu acara yang sedang berlangsung saat ini adalah event Biennale Jogja XV Equator #5 2019 yang bekerja sama dengan beberapa seniman yang berasal dari berbagai negara di Asia Tenggara. Acara ini dilaksanakan di enam tempat yang ada di Yogyakarta, yaitu di Taman Budaya Yogyakarta, Jogja National Museum, Kampung Jogoyudan, di daerah Ketandan Kulon, Helutrans Art Space, dan PKKH Universitas Gadjah Mada. Selain itu, event ini mempunyai berbagai macam rangkaian acara yang salah satunya adalah pameran seni yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2019 sampai 30 November 2019.


Dari keenam tempat pameran event Biennale Jogja, kami akhirnya memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat pameran yaitu Taman Budaya Yogyakarta yang berlokasi di jalan Sriwedari No 1. Tema yang diangkat di Taman Budaya Yogyakarta ini adalah “Do We Live in the Same Playground?” Pada saat mengunjungi pameran seni ini kami ditemani oleh dua orang teman kami yang juga ingin mengunjungi pameran seni tersebut. Kami mengunjungi pameran seni di TBY pada Selasa, 12 November 2019 setelah kami mengikuti perkulihan gender, karena mata kuliah setelahnya yaitu kebudayaan popular pada saat itu dikosongkan.


Sesampainya di Taman Budaya Yogyakarta, kami disambut dengan suara-suara musik yang cukup keras. Setelah kami perhatikan lagi ternyata suara tersebut berasal dari sebuah band yang ada di atas panggung di halaman depan Taman Budaya yang sedang check sound. Ketika kami melihat panggung tersebut, kami merasa mulai ragu apakah benar event pameran seni Biennale dilaksanakan di tempat ini. Akan tetapi setelah kita berpikir dan mengingat kembali instastory dari teman-teman kami yang sudah pernah mengunjungi pameran ini, ternyata memang benar ini adalah salah satu tempat pameran seni dalam event Biennale.


Kami kemudian memutuskan untuk memasuki ruangan tempat berbagai karya seni dipamerkan. Sebelum memasuki ruangan, kami disambut oleh sebuah karya seni yang sangat besar sekali. Karya seni ini seolah-olah berbentuk gerbang yang akan menyambut kedatangan kami. Jalan untuk menuju ke karya seni tersebut ditutupi oleh lembaran triplek berwarna coklat yang saling merekat satu sama lain. Ketika kami menginjaknya, kami merasa lantai tersebut seolah-olah terasa rapuh dan berjalannya harus hati-hati agar tidak merusak susunan lembaran triplek yang ada dilantai karena terkadang terdapat beberapa lembaran yang tidak merekat satu sama lain.


Kemudian kami disambut oleh sebuah karya seni yang cukup besar. Bentuk dari karya seni yang pertama adalah seperti tulang yang menggantung besar di tengah-tengah pintu masuk dan bentuk yang selanjutnya adalah seperti kain yang diperas yang membentang dari ujung ke ujung. Karya seni tersebut dibuat dari lembaran-lembaran triplek tipis berwarna coklat yang direkatkan satu sama lain dan mempunyai tekstur yang kasar karena terbuat dari kayu dan ada bagian-bagian lain dari lembaran tersebut yang tidak merekat satu sama lainnya. Setelah diamati lebih lanjut dan membaca keterangan yang ada, ternyata karya seni tersebut adalah replika dari usus dua belas jari yang berukuran sangat besar dan mempresentasikan orang-orang pinggiran yang mementingkan cara memenuhi kebutuhan untuk makan sehari-hari.


Ketika memasuki ruangan pameran, yang pertama kali kami lakukan adalah menulis nama kami pada buku daftar pengunjung. Setelah itu, kami mulai menyapukan pandangan kami ke sekeliling ruangan, di sebelah kanan terdapat sudut yang berbeda dari pada sudut-sudut yang lain. Sudut atau bagian dari ruangan ini pada bagian dindingnya dihias dengan bermacam-macam warna dan juga pernak-pernik yang sangat lucu. Selain itu pada bagian sudut ruangan ini terdapat rak buku yang berisi berbagai jenis buku-buku pengetahuan yang sangat menarik, dimulai dari buku-buku tentang dunia laut, hewan, tumbuhan, dan masih banyak yang lainnya. Dan seperti yang telah kita tebak sebelumnya, ternyata bagian sudut ruangan yang berwarna-warni dan juga lucu ini dinamakan Kid’s Corner.


Mengenal Dunia Laut Lewat Imajinasi


Kid’s Corner ini merupakan salah satu rangkaian acara dari event Biennale Jogja XV 2019. Kid’s Corner ini dibuat agar anak-anak dapat mengekspresikan imajinasinya terhadap suatu hal dengan membuat beberapa karya seni yang sederhana. Pada sudut ini dibuat seolah-olah berada di dalam dunia laut melalui gambar dan lukisan yang ada di dinding ruangan. Dinding-dinding pada bagian ini diberi warna biru dan kemudian diberi gambar-gambar hewan-hewan yang ada di laut yang diwarnai dengan warna-warna yang colorful.


Gambar-gambar tersebut dapat membuat sensasi sedang berada di dalam lautan yang mempunyai perasaan menyenangkan dan fun. Selain itu pada bagian sudut ini terdapat rak yang berisi buku-buku yang sangat banyak dan sangat bervariasi. Apabila pengunjung ingin membaca beberapa koleksi buku bacaan tersebut, mereka dapat duduk di atas karpet yang telah disediakan di sana. Di atas karpet juga terdapat beberapa meja yang dapat digunakan, ada yang berwarna putih dan warna yang lainnya. Meja tersebut dapat digunakan untuk membaca ataupun untuk alas mewarnai anak-anak karena di sana disediakan kertas yang berisi gambar yang siap untuk diberi warna dan tidak ketinggalan disediakan spidol berwarna. Selain karpet, di sudut tersebut juga disedikan bantal-bantal yang berwarna-warni. Hal tersebut membuat kami sangat nyaman untuk duduk di sana sembari membaca buku atau mengobrol dengan teman kami.


Dalam salah satu sudut ruangan terdapat rumah-rumahan kecil yang terbuat dari kardus, kemudian di sisi lainnya terdapat hasil karya seni anak-anak yang telah dibuat oleh mereka yaitu gambar yang telah mereka warnai dan juga karya seni yang berasal dari barang bekas. Karya seni tersebut berasal dari barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Barang bekas tersebut antara lain kardus dan botol plastik. Terdapat suatu dinding yang mempunyai tampilan seperti dunia bawah laut. Dinding tersebut dihias dan diberi warna yang mencerminkan kondisi bawah laut yang sesuai dengan imajinasi dan kreativitas anak-anak.


Dalam salah satu karya yang ada di dinding tersebut, anak-anak membuat hewan-hewan laut yang sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya masing-masing menggunakan botol plastik. Dari karya seni tersebut ada yang membuat gurita, kepiting, ada yang membuat gurita robot, dan lain-lain. Walaupun bentuknya agak abstrak, kami sangat senang malihat hasil dari karya anak-anak tersebut. Ada hal menarik dari dinding replika bawah laut tersebut yaitu pada bagian bawah dinding terdapat tulisan-tulisan yang berisi keterangan tentang karya yang ditulis oleh mereka sendiri. Ketika kami membaca satu persatu tulisan yang ada, kami merasa sangat senang dan terhibur atas pernyataan anak-anak mengenai karya-karya yang telah mereka buat.




Ada satu tulisan yang membuat kami merasa sangat terheran-heran dan kagum atas pemikiran anak kecil tersebut yaitu anak tersebut bercerita bahwa hewan gurita dipilihnya karena selama ini orang-orang menganggap gurita sebagai hewan yang menyeramkan, namun menurutnya hewan tersebut bisa menjadi baik hati dengan tangan-tangan yang banyak yang akan lebih banyak membantu sesama dengan tangan tersebut. Di sini kami berpikir bahwa apa yang mendasari anak tersebut dapat berpikir seperti itu yang kemungkinan orang dewasa pun tidak berpikiran akan hal tersebut. Kami pun bahkan terheran dengan tulisan anak tersebut.


Bercerita Lewat Dinding


Selain bagian sudut tersebut yang berisi tentang hasil karya anak-anak. Terdapat sudut lain yang dibuat sedemikian rupa seolah-olah menggambarkan sebuah warung yang menjual berbagai macam makanan khas asia tenggara. Pada sudut tersebut terapat etalase yang di dalamnya terdapat berbagai macam jajanan jadul yang ada di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain itu di dalam etalase juga terdapat beberapa daftar menu makanan khas Asia Tenggara.


Di sebelah etalase tersebut terdapat meja putih yang berisi spidol-spidol, kertas note, dan ada kunci jawaban dari permainan mencocokkan tulisan yang berisi berbagai hal tentang suatu negara di Asia Tenggara dan daerahnya. Yang menarik dari bagian sudut ruangan pameran tersebut adalah tembok yang berwarna putih telah tertempel banyak note yang telah berisi tulisan para pengunjung yang datang. Note-note tersebut telah menutupi seluruh bagian tembok yang ada di sudut bagian ruang pameran tersebut. Selain menuliskannya dalam note, pengunjung juga ada langsung yang menuliskan curahan hatinya di tembok dengan cat putih tersebut.


Setelah kami membaca tulisan-tulisan yang ada di dinding tersebut, kami merasa bahwa tulisan yang ada termasuk dalam curahan hati seorang pengunjung. Curahan hati tersebut ada yang tentang percintaan atau keinginan-keinginan mereka masing-masing. Kebanyakan bahkan menuliskan tentang kisah-kisah atau curhatan mereka mengenai percintaan.


Melihat Dua Sisi Yang Berbeda


Di sinilah timbul rasa heran di dalam pikiran kami mengenai kedua fenomena yang ada di kedua sudut bagian ruangan dalam pameran seni tersebut. Kedua etalase seni ini terlihat kontras di mana yang satu tentang seorang anak kecil yang menuliskan pemikirannya melalui sebuah karya seni berupa hewan gurita yang anak tersebut beranggapan bahwa gurita adalah hewan yang baik yang dapat menolong banyak orang dengan jumlah tangannya yang banyak. Sedangkan disudut yang lain yaitu tentang curahan hati seseorang tentang percintaannya.


Kemudian kami merasa bagaimana bisa seorang anak memiliki pemikiran yang begitu mengagumkan akan tetapi seseorang yang lebih dewasa malah menuliskan hal-hal yang lucu tentang percintaannya. Yaa mungkin walaupun ketika kami membaca tulisan-tulisan orang dewasa tersebut kami turut ketawa dan jika ada yang mirip dengan kisah kami, kami akan turut merasa terbawa perasaan terhadap tulisan tersebut. Dan hal lainnya yang mungkin membuat hal tersebut terjadi adalah pengunjung yang ada di pameran seni ini membutuhkan suatu wadah untuk mencurahkan apa yang dirasakan nya tanpa ada orang yang tahu. Karena pada saat kami mengunjungi pameran seni tersebut dan mendatangi sudut tersebut, kami turut serta dalam menuliskan perasaan kami di dinding tersebut. Hal ini dipengaruhi karena adanya rasa yang muncul untuk ikut-ikut dengan yang lain. Sebenarnya kedua etalase ini sama-sama memberikan wadah bagi kedua generasi ini untuk mencurahkan pemikirannya, namun keduanya memiliki vibe yang cukup kontras.

10 views0 comments

Recent Posts

See All

Obi: Volunteering Adalah Momentum Pengembangan Diri

(Oleh Haerunnisa dan Nanda Sazkya) Tergabung menjadi seorang volunteer atau relawan adalah sebuah hal yang sering kali dan umum dilakukan. Membantu dengan sukarela, meluangkan waktu dan kemampuan sert

MEMAHAMI SITUASI PINGGIRAN LEWAT PERAN FISIK MANUSIA

Oleh Gabriel Dania Rekalino Kandolia Ajang pameran seni rupa Biennale Jogja XV 2019 dilaksanakan secara tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta pada 20 Oktober-30 November 2019. Tahun ini, Biennale

bottom of page